iNewsMedan.id - Mengadu nasib di negeri orang tentu menjadi tantangan sulit, apalagi dengan bekal yang sedikit dan banyaknya perbedaan budaya.
Hal inilah yang dihadapi Mita Edvardsson yang kini tinggal di Swedia. Mita mendapat banyak sekali pengalaman setelah ia tinggal di Swedia dan menikahi pria asal Swedia.
Kisah berawal saat dirinya menginjakkan kaki di Swedia pertama kali pada tahun 2017. Pada awal pernikahannya Mita, yang berasal dari Banyuwangi, Jawa Timur itu masiih memilih bolak-balik Swedia-Indonesia karena anak pertamanya di Indonesia.
Sampai 2020, akhirnya Mita memilih menetap di Swedia dan memboyong anak pertamanya ke Swedia. Mita menjalani masa pembelajaran Bahasa Swedia dan bekerja di sana. Dirinya mengaku mudah beradaptasi di sana.
Keuntungan berada di Swedia menurut Mita adalah fasilitas gratis ayang disediakan pemerintah Swedia. Anak pertamany dapat bersekolah gratis dan mendapat fasilitas laptop, makan siang, dan transportasi gratis.
Di tahun yang sama, Mita akhirnya mendapatkan pekerjaan pertamanya sebagai cleaning service di sebuah pabrik. Namun pekerjaan itu hanya ia lakukan secara part time karena masih sekolah Bahasa Swedia.
"Karena waktu pertama kerja aku masih sekolah bahasa Sweden jadi aku cuma bekerja dua kali seminggu," tutur Mita seperti dikutip dari HaiBunda, Senin (5/9/2022).
Untuk menjadi pekerja di Swedia, seseorang perlu menguasai Bahasa Swedia dan Bahasa Inggris, selain itu nomor KTP Swedia juga dibutuhkan.
Bekerja menjadi cleaning service di Swedia, Mita mendapat penghasilan sebesar 6 ribu krona Swedia per bulan atau sekitar Rp10 juta setiap bulan. Karena saat itu Mita sempat hamil, ia hanya bekerja selama dua bulan.
Sayangnya, di tengah perjalan Mita mengalami keguguran hingga 3 kali. Sehingga ia harus memulai pekerjaan baru, yakni menjadi pegawai pabrik tempat suaminya bekerja. Sang suami saat itu menjabat sebagai team leader di pabrik.
"Jadi setelah 3x keguguran saya mulai bekerja lagi di awal tahun 2021 full time di pabrik. Pekerjaan saya di pabrik (itu) mengemudi mesin untuk palet dan potong triplek," katanya
Mita bekerja selama 8 jam per hari dengan waktu istirahat sebanyak 3 kali sehari. Mita mengungkapkan gaji yang ia peroleh di sana sebesar Rp46 juta per bula tergantung kontrak kerjanya.
"Jika tidak punya kontrak kerja seperti saya kita di bayar di hitung perjam. Kalau lembur dapat ekstra tapi gaji tetap dibayar tiap bulan. Bagi yang sudah punya kontrak kerja kita di bayar tiap bulan sama gaji tiap bulan, jika lembur atau tanggal merah kerja dapat ekstra," paparnya lagi.
Tak hanya itu, Mita masih mendapatkan beberapa benefit lainnya seperti, jika ia sakit dan tinggal di rumah, Mita masih tetap mendapat 80 persen gajinya. Ketika berlibur pun masih mendapat gaji. Aturan ini menurutnya bergantung dari masing-masing perusahaan.
Editor : Odi Siregar
Artikel Terkait