M. Said Noor, Pahlawan Kemerdekaan dari Pulau Tello yang Terlupakan 

Jafar
Surat Kuasa Panglima Besar Angkatan Perang Republik Indonesia yang isinya memberikan kuasa kepada M. Said Noor untuk menjalin hubungan baik dengan negara-negara tetangga yang bersimpati kepada perjuangan Bangsa Indonesia (Foto : Istimewa)

Sambil memperlihatkan Tarombo keluarga Kerajaan Natal, Coki panggilan akrab Muchrid Nasution juga memperlihatkan Surat Kuasa No. 17/PB/SK/IV/49 yang isinya

"Kami Panglima Besar Angkatan Perang Republik Indonesia, memberikan kuasa kepada :
1.    Tuan M. Said Noor
2.    Tuan Kapten Subroto Kusmardy
Untuk mentjari serta mendapatkan hubungan baik dengan negara-negara tetangga, serta negara-negara lainnja jang bersyimphaty pada perdjoeangan bangsa Indonesia. Untuk mendapat bantuan sependek-pendeknya tulisan tak terbaca perdjoeangan bangsa Indonesia dalam menghantjoerkan Kolonial Imperialis, agar segera terlaksana dunia aman, adil dan Makmur.

Semoga tuan-tuan yang mendapat surat kuasa kami ini, ditrima baik oleh teman-teman diluar Negri.

Di tempat, 17 April 1949
Panglima Besar Angkatan Perang Republik Indonesia
Letnan Djendral Soedirman
Surat yang ditulis tangan Panglima Jendral Soedirman itu diikuti foto yang menerima kuasa".


Muchrid Nasution saat mengunjungi Pulau Tello Bersama Dedi Iskandar Batubara, Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Sumatera Utara, anggota DPRD Sumut, Dedi Iskandar dan Darwin Marpaung, pekan lalu (Foto : istimewa)

 

"Menurut Angku (kakek) dan Uci-uci (nenek), uyut-uyut kami M. Said Noor dan abangnya M. Rudin sudah menjadi pemberontak Belanda di tahun 1920-an. Abangnya ditangkap Belanda tahun 1927 dan dibuang ke Boven Digoel," tambah Coki Nasution.

Nama Boven Digoel yang berarti: Digoel bagian atas atau hulu ini tidak bisa dilepaskan dengan keberadaan Sungai Digoel di Papua bagian selatan. Boven Digoel dibangun pada tahun 1927 sebagai tempat pembuangan dalam negeri atau interneeringskamp bagi tokoh-tokoh bumi putera yang dianggap berbahaya bagi pemerintah Hindia Belanda  Area kamp konsentrasi sebagai tempat pembuangan (interneeringskamp) dibangun pada tanggal 27 Januari 1927 oleh Kapten Infanteri L. Th. 

Becking dengan mengambil lokasi di tepi Sungai Digoel, di mana kemudian dikenal sebagai Tanah Merah. Kamp konsentrasi di Tanah Merah ini dibangun oleh geinterneerden (orang-orang buangan) yang datang pertama di Boven Digoel.

"Karena menjadi incaran Belanda, buyut kami M. Said Noor akhirnya lari ke Amerika melalui kapal-kapal perdagangan yang melewati Samudera Hindia. Dari Amerika, beliau terus terlibat dalam pergerakan termasuk proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia," terang Coki.

Editor : Ismail

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network