MEDAN, iNews.id - Pasar keungan dalam sepekan kedepan akan kembali disuguhkan sejumlah data inflasi dari negara besar yang diproyeksikan mencatatkan kenaikan.
Seperti Inggris yang inflasinya pada Juni kemarin diproyeksikan mencapai 9.3 persen, Kanada 8.3 persen dan zona Eropa berkisar 8.7 persen. Pada waktu bersamaan, Bank Sentral Eropa akan menentukan besaran bunga acuannya yang diperkirakan pun ikut naik.
Bahkan, sepekan kedepan sentimen pasar masih belum membaik dan masih berpeluang untuk menekan kinerja pasar keuangan. Rupiah dan IHSG pada dasarnya berpeluang untuk terkoreksi. Meskipun bank Indonesia juga dijadwalkan akan menetapkan besaran bunga acuannya. Dimana Bank Indonesia (BI) sangat berpeluang mengerek kenaikan bunga acuan dari posisi 3.5 persen saat ini.
"Jika BI nantinya menaikkan bunga acuan, namun bukan berarti IHSG maupun Rupiah lantas berpeluang untuk menguat tajam. Saya justru melihat Rupiah tidak akan beranjak jauh dari posisi 14.900 hingga 15 ribu per US Dolar. Nantinya tetap berpeluang untuk berada dalam tekanan, karena di dua pekan yang akan datang Bank Sentral AS diyakini akan menaikkan besaran bunga acuannya juga," ujar Pengamat Ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin di Medan, Senin (18/7/2022).
Gunawan menjelaskan, akan ada pertarungan besar di pasar jika BI dan Bank Sentral AS menaikkan bunga acuan nantinya. Dimana Bank Sentral AS akan membuat instrumen dalam US Dolar menarik, sementara kenaikan bunga acuan BI 7 DRR akan menahan capital outflow (aliran dana keluar) dari pasar keuangan domestik.
Jadi pasar akan lebih banyak mengambil posisi wait and see di pekan ini. Pasar akan terus memantau data penting sejumah agenda besar dari banyak Negara besar.
"Saya menilai IHSG masih berpeluang untuk mengalami tekanan dan kembali mencoba level psikologis 6.600. Dan secara teknikal jika level tersebut mampu dilewati, maka peluang IHSG untuk turun ke level 6.500 cukup terbuka," jelasnya.
Gunawan menyebutkan, jika sentimen eksternal maupun internal semuanya menunjukan realisasi data yang berpeluang menekan kembali kinerja IHSG, dan fluktuasi pada pasar saham akan meningkat diantara waktu setelah BI menetukan besaran bunga acuannya, hingga Bank Sentral AS menentukan besaran bunga acuannya.
Jadi ada pertaruhan besar, dan arah pasar juga bisa cepat berubah. Jadi pelaku pasar harus berhati hati sebelum membuat kebijakan investasi.
Editor : Jafar Sembiring
Artikel Terkait