JAKARTA, iNews.id- Tidak bisa dipungkiri bahwa internet telah berdampak pada berbagai lini kehidupan termasuk ekonomi. Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Andi Faisal Bakti, MA, PHD, mengatakan bahwa keberadaan internet saat ini telah mempengaruhi perubahan dari budaya konvensional ke budaya digital, tak terkecuali pasar. Pasar-pasar digital perlahan sudah menggantikan pasar-pasar tradisional.
“Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi meniscayakan cara pandang dan strategi baru dalam mengembangkan usaha. Relasi dunia usaha dan teknologi bukan hanya terkait upaya menjadikan teknologi sebagai platform bisnis offline, tetapi sudah menjadi budaya baru dengan keharusan perubahan elemen-elemen fundamental dalam usaha bisnis," ucap Andi Faisal dalam webinar Ngobrol Bareng Legislator bertema Ekonomi Digital: Prospek dan Tantangan Ekonomi di Era Disrupsi Teknologi, Sabtu (2/1).
Pada kesempatan webinar kali ini, Andi Faisal juga mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi untung bersaing di dunia Startup. Dapat dilihat bahwa perusahaan startup di Indonesia seperti Gojek, Tokopedia, BukaLapak, Traveloka, dan yang lainnya berkembang secara pesat di Indonesia, ditambah kondisi demografi yang didominasi oleh anak muda yang sangat adaptif dengan perkembangan teknologi terkini.
"Maka dari itu, kepada kaum milenial harus lebih kreatif untuk memanfaatkan teknologi yang ada pada era digital saat ini, terutama untuk membuka peluang usaha di era digital," sebutnya.
Sejalan dengan apa yang dikatan oleh Prof. Andi Faisal Bakti yang mendukung pemanfaatan teknologi untuk memberikan dampak positif, Sekretaris Program Magister Manajemen UIKA Bogor, DR. Awang Darmawan Putra, S.SOS.,MM, mengatakan bahwa pada era digital ini, transaksi jual-beli produk dapat dilakukan dalam genggaman jari yang berbasiskan jaringan elektronik atau yang biasa disebut E-commerce. Hal ini menciptakan peluang ekonomi baru bagi SDM untuk menjadi enterpreneur yang kedepannya diharapkan dapat memperluas lapangan pekerjaan.
“ Indonesia diperkirakan memiliki pasar perdagangan online itu sebesar 5 milyar untuk perdagangan online formal, dan lebih dari 3 milyar untuk perdagangan online informal. Bayangkan saja, kita ini punya prospek yang luar biasa, dan ini harus kita tangkap gitu. Dan Indonesia diperkirakan memiliki 30 juta pembeli online pada tahun 2017, ini data 2017 ya, kita punya 30 juta pembeli, apalagi 2022 gitu, dimana kita mengalami proses pandemi, orang gak boleh keluar, sehingga otomatis semua pembeliannya itu melalui basis teknologi. Kemudian pada tahun 2025, ekonomi digital Indonesia diperkirakan mencapai 3.7 juta pekerjaan tambahan. Kemudian menghasilkan pertumbuhan pendapatan hingga 80% dan kemudian memberikan tambahan 2% per tahun dalam pertumbuhan PDB,"bebernya.
Lanjut Awang, dalam konteks investasi digital ekonomi di Indonesia ini, juga ada tantangannya, yaitu berupa cyber security, persaingan yang semakin ketat, pembangunan sumber daya manusia, ketersediaan akses internet yang mumpuni, dan regulasi yang belum mengikuti perkembangan zaman. "Indonesia perlu menjawab semua tantangan tersebut jika ingin lebih baik dalam memanfaatkan ekonomi digital,"sebutnya.
Anggota Komisi I DPR RI dan Wakil Ketua MPR RI, Prof. DR. Sjarifuddin Hasan, MM., MBA, mengatakan peran anak muda pada era digital saat ini sangat krusial, maka dari itu dia menghimbau kepada generasi muda Indonesia agar betul-betul memanfaatkan segala fasilitas yang ada pada dunia digital.
Karena menurutnya, anak muda ini sangat mampu untuk memanfaatkan peluang yang ada untuk membuka lapangan pekerjaan baru melalui ekonomi digital.
"Dan dengan demikian, saya sangat optimis dengan kreatifitas yang dimiliki oleh milenial dapat membuka lapangan kerja baru dan menekan angka kemiskinan di Indonesia," pungkas Sjarifuddin Hasan.
Editor : Ismail
Artikel Terkait