Untuk mata uang Rupiah selama semester I 2022, hingga tanggal 30 Juni secara mengalami depresiasi sekitar 4,33% dibandingkan dengan level akhir 2021.
Di mana angka ini relatif lebih rendah dari sejumlah negara lain, seperti Thailand 5,39%, Malaysia 5,52%,dan India 5,85%.
"Depresiasi tersebut sejalan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global akibat pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif di berbagai negara untuk merespons peningkatan tekanan inflasi dan kekhawatiran perlambatan ekonomi global," jelasnya.
Di sisi lain, Perry menekankan bahwa pasokan valas domestik tetap terjaga dan persepsi terhadap prospek perekonomian Indonesia tetap positif.
"Ke depan, Bank Indonesia terus mencermati perkembangan pasokan valas dan memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah sesuai dengan bekerjanya mekanisme pasar dan nilai fundamentalnya untuk mendukung upaya pengendalian inflasi dan stabilitas makro ekonomi," pungkasnya.
Editor : Odi Siregar
Artikel Terkait