Era Post-Gen AI Mengancam! Kampus Diminta Bersiap Sebelum Terlambat
Post-gen AI dengan sendirinya akan berinteraksi dengan sistem lain seperti website, aplikasi dan dokumen yang sudah berbasis elektronik. Layaknya seorang asisten professional, ia akan membaca dan memahami lingkungan digital dan menjalankan proses kerja dari awal hingga akhir sesuai dengan kebutuhan manusia. “Ini yang sedang dikembangkan di Tiongkok,” ujarnya.
Tentu hal tersebut akan memiliki dampak dan ancaman tersendiri terutama jika dunia kampus tidak mempersiapkan diri dengan era baru dari sistem kecerdasan buatan tersebut. Apalagi jika dosen di kampus-kampus dan tenaga pengajar di tingkat sekolah masih menggunakan sistem dan pola lama dalam mengajar.
Sofyan Tan menjelaskan bahwa dunia telah melewati era hafalan, era pencarian melalui Google, hingga era algoritma. Saat ini, masyarakat berada pada tahap kecerdasan buatan seperti chatGPT, DeepSeek, dan Gemini, yang kemudian akan memasuki fase lanjutan post-gen AI. Tantangan di era teknologi yang berkembang cepat harus diimbangi dengan kecepatan dunia pendidikan dalam beradaptasi serta mencegah dampak negatif dari AI.
Satu hal menurutnya yang belum dimiliki AI saat ini dan masih membutuhkan filter dari manusia adalah sudut pandang nurani, etika dan moral. Untuk itu peran manusia jangan sampai tergantikan. Meskipun post-gen AI akan melakukan segalanya, namun keputusan dalam memilah dan memilih tetap harus dipegang sepenuhnya oleh manusia berdasarkan etika moral dan nurani kemanusiaan. “AI adalah asisten pribadi kita, dan manusialah yang menjadi rem moral, nurani dan etika dalam penguasaannya,” kata Sofyan Tan.
Dalam kesempatan itu, Sofyan Tan juga mengenang dukungan luar biasa yang diberikan pendiri Harian Waspada dan juga Kampus STIK-P Medan, Hj. Ani Idrus, terhadap perjuangannya sebelum era reformasi. Ia menyebut bagaimana Hj Ani Idrus selalu menugaskan wartawannya untuk memberitakan pandangan-pandangan di media ketika sejumlah pihak mencoba memboikot Sofyan Tan. Bahkan saat dirinya dipanggil ke Kantor Polisi Militer di Jalan Sena karena kritik keras yang disampaikannya terhadap pemerintahan sebelum era reformasi, sejumlah wartawan ikut mendampingi.
Editor : Ismail