Ijeck: Edukasi Bencana Sejak Dini Penting, Tekan Korban di Zona Megathrust Sumatera
MEDAN, iNewsMedan.id - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) dari Fraksi Partai Golongan Karya (Golkar), Musa Rajekshah, menekankan pentingnya edukasi dan pemahaman kebencanaan sejak usia dini untuk menekan angka korban jiwa saat bencana alam terjadi.
Penekanan ini disampaikan Musa Rajekshah atau akrab disapa Ijeck dalam kegiatan Sekolah Lapang Gempa Bumi yang diselenggarakan oleh Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Wilayah I, di Jalan Ngumban Surbakti, Kota Medan, pada Jumat (21/11/2025).
Menurut Ijeck, pemahaman dini sangat penting agar masyarakat, terutama murid-murid di sekolah, tidak panik berlebihan ketika bencana, seperti gempa bumi, terjadi. Kepanikan yang tidak terkontrol dapat menimbulkan hal yang tidak diinginkan.
“Saya selalu sampaikan saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) di DPR RI, tanggap bencana sejak usia dini sangat penting untuk diterapkan, karena dapat menekan angka korban jiwa ketika bencana alam terjadi,” kata Ijeck.
Dalam kesempatan tersebut, Ijeck yang berada di Komisi V DPR RI juga menyampaikan gagasannya agar pemahaman tanggap bencana dapat disosialisasikan kepada murid melalui kurikulum pendidikan.
Ia meyakini, melalui kurikulum tanggap bencana, murid-murid akan terus mengingat cara melakukan evakuasi gempa bumi hingga usia dewasa.
“Kita di Komisi V merencanakan untuk bagaimana kurikulum mengenai tanggap bencana ini dapat dijadikan pelajaran nasional. Kalau sudah kita edukasi sejak usia dini, pasti akan melekat di ingatannya kalau terjadi bencana,” jelasnya.
Ijeck turut menyoroti posisi Pulau Sumatera yang masuk dalam zona Megathrust, sebuah daerah rawan pergerakan lempeng bumi yang berpotensi menimbulkan gempa besar.
“Kita harus mengedukasi masyarakat bagaimana bisa siaga dan tanggap bencana, kita di Pulau Sumatera adalah daerah Megatrust, ada lempengan yang bergerak dan bisa terjadi gempa,” ungkap Ijeck.
Berkaca dari gempa besar yang pernah terjadi di Aceh dan Nias, Ijeck berharap peristiwa serupa tidak terulang dan menimbulkan korban jiwa. Ia juga mengingatkan agar masyarakat tidak menyepelekan pentingnya membangun rumah dengan memperhitungkan ketahanan terhadap gempa, khususnya di daerah rawan bencana.
“Banyak masyarakat membangun rumah tidak memperhitungkan bencana khususnya di daerah yang berada di rawan bencana. Hal ini menjadi faktor bilamana bencana terjadi akan memakan korban,” ucapnya.
Senada dengan Ijeck, Wali Kota Medan, Rico Tri Putra Bayu Waas, berencana membuat skema kurikulum pembelajaran mengenai tanggap bencana untuk murid-murid Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).
“Pemahaman dalam menghadapi gempa bumi harus diajarkan kepada anak-anak kita mulai dari tingkat SD. Di negara Jepang ini sudah dilakukan. Nanti kita buat edaran atau informasi kepada seluruh masyarakat mengenai tanggap bencana ini, jadi masyarakat memiliki kesiapsiagaan bilamana terjadi gempa saat berada di dalam gedung ataupun rumah,” kata Rico Waas.
Sementara itu, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Republik Indonesia, Teuku Faisal Fathani, berharap kegiatan Sekolah Lapang Gempa Bumi ini menjadi permulaan bagi masyarakat untuk memahami tanggap bencana gempa bumi.
“Yang terpenting bagaimana langkah antisipasi yang dilakukan, menyiapkan diri agar risiko yang mungkin timbul dapat diminimalkan,” ujarnya.
Editor : Jafar Sembiring