DPR Spill Trik Gen Z Sehat: Stunting Diurus Sejak 3 Bulan Kehamilan, Bukan Anak Sekolah

Sofyan Tan mengingatkan seorang anak bisa pintar bukan karena makanannya yang mewah dan mahal. Namun yang terpenting adalah kecukupan protein dan zat besi sejak dalam kandungan ibu.
Beberapa sumber makanan yang murah dan mudah didapat namun kaya kandungan gizi antara lain ayam kampung, tempe, tahu, dan daun ubi tumbuk yang kaya zat besi. “Daun ubi itu kaya klorofil, kalau ditumbuk zat besinya keluar. Ini contoh makanan murah, mudah didapat, tapi tinggi gizi. Makanya orang Mandailing itu banyak yang cerdas karena sering dimasakin daun ubi tumbuk bukan karena pelit, tapi karena kaya gizi,” ungkap Sofyan Tan disambut tawa peserta.
Sementara itu, Peneliti Ahli Muda BRIN, Budi Setyawati, S.P., MPH, menyampaikan bahwa stunting adalah kondisi gagal tumbuh kembang yang dapat berdampak jangka panjang terhadap kesehatan dan produktivitas anak.
“Gejala awal bisa terlihat dari tubuh yang pendek, tapi tidak semua anak pendek itu stunting. Dampak jangka panjangnya bisa menyebabkan gangguan reproduksi, penurunan produktivitas, penyakit kronis, hingga gangguan mental,” jelas Budi.
Ia juga menyebutkan bahwa hasil riset BRIN menunjukkan anak-anak yang awalnya tidak menunjukkan gejala stunting bisa mulai bergejala setelah usia dua tahun jika tidak ditangani secara tepat.
“Pada tahun 2013, prevalensi stunting pada anak usia dini mencapai 33,3%. Namun berkat intervensi program pemerintah, angka ini kini turun menjadi sekitar 20%,” ungkapnya.
Editor : Ismail