Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya waktu dhuha adalah waktu dhuha-Mu, keagungan adalah keagungan-Mu, keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu, penjagaan adalah penjagaan-Mu, Ya Allah, apabila rezekiku berada di atas langit maka turunkanlah, apabila berada di dalam bumi maka keluarkanlah, apabila sukar mudahkanlah, apabila haram sucikanlah, apabila jauh dekatkanlah dengan kebenaran dhuha-Mu, kekuasaan-Mu (Wahai Tuhanku), datangkanlah padaku apa yang Engkau datangkan kepada hamba-hambaMu yang saleh,”.
KH Yahya Zainul Ma'aif alias Buya Yahya menjelaskan, doa tersebut bukan berasal dari hadits Nabi. Melainkan doa tulus dari seorang hamba kepada Allah. Berdoa kata Buya Yahya, bisa dengan bahasa apa saja, sekalipun tidak ada dalam hadits Rasulullah.
Dalam berbagai kitab hadits memang tidak ditemukan asal muasal doa tersebut. Pada Kitab Fiqih Sunnah karya Sayyid Sabiq tidak menyebutkan doa tersebut, namun hanya menyebutkan keutamaan Sholat Dhuha. Sedangkan dalam Kitab Tuhfatul Muhtaj fi Syarhil Minhaj Wa Hawasyi Asy Syarwani wa al ‘Ibadi karya Ahmad bin Muhammad bin ‘Aly bin Hujr al Haitsami khususnya dalam Hawasyi Asy Syarwani memuat doa itu dalam bab yang menguraikan Sholat Dhuha.
"Siapa yang mengatakan (doa Sholat Dhuha bersumber dari) hadits? Itu doa dan doa boleh dengan bahasa apa saja yang penting maknanya benar, yang mengatakan hadits dhoif dia telah salah, karena memang itu bukan hadits” ujar Buya Yahya.
Meski begitu bacaan doa yang masyhur di kalangan ulama ini dianjurkan untuk dibaca setelah selesai melaksanakan Sholat Dhuha. Bahkan bukan hanya setelah Sholat Dhuha namun kapanpun doa tersebut boleh dibaca.
Editor : Odi Siregar