Manfaatkan Limbah Cair Kelapa Sawit, Pabrik BioCNG Terbesar se-Asia Tenggara Diluncurkan di Labusel

Pabrik BioCNG di Labusel ini merupakan pabrik komersial kedua PT KIS Biofuels Indonesia yang bekerjasama dengan AEP Group. Sebelumnya KIS Biofuels Indonesia juga telah mengoperasikan Pabrik BioCNG komersial berkapasitas 300 MMBTU di Pabrik Kelapa Sawit milik PT United Kingdom Indonesian Plantation (AEP Group) di Blangkahan, Kecamatan Kuala, Kabupaten Langkat, Sumatra Utara.
Yasmin menyebut saat ini perusahaan tengah membangun proyek ketiga yang ditargetkan beroperasi pada Desember 2025. Selain itu mereka juga telah berencana membangun lima proyek lainnya pada tahun 2025 ini.
“KIS Biofuels menargetkan total 25 proyek BioCNG beroperasi pada tahun 2027 dengan total investasi USD 125 juta, dan ambisi mencapai 100 proyek pada tahun 2030 dengan estimasi investasi USD 500 juta,” ujarnya.
Wakil Bupati Labuhanbatu Selatan (Labusel), Syahdian Purba Siboro, sangat mendukung Pembangunan pabrik BioCNG yang ada di Labusel. Ia menyebut pembangunan pabrik ini harus menjadi pabrik yang dapat memberikan penambahan tenaga kerja di daerahnya.
“Saya sangat berharap pabrik ini dapat menyerap tenaga kerja sebanyak mungkin dari masyarakat Labuhanbatu Selatan. Bahkan, idealnya seluruh karyawannya adalah penduduk asli.,” katanya.
Dikatakannya, potensi perkebunan di Labuhanbatu Selatan harus dioptimalkan untuk meningkatkan perekonomian daerah secara keseluruhan.
"Kami juga mendorong perusahaan kelapa sawit lainnya di Labuhanbatu Selatan untuk mengikuti jejak proyek ini. Kami akan memberikan insentif dan segala kemudahan yang dibutuhkan pengusaha untuk mengikuti jejak proyek ini," pungkasnya.
Koordinator Investasi dan Kerja Sama Bioenergi Direktorat Jenderal EBTKE Kementerian ESDM Trois Dilisusendi, mengaku pemerintah telah menyiapkan peta jalan untuk bisnis pengolahan Biometana secara nasional. Bahkan saat ini udah ada empat perusahaan yang menyatakan ketertarikan untuk menjadi pemain di bisnis Biometana ini.
"Berikut KIS Group ada 4 perusahaan yang ikut dalam pengelolaan Biometana ini. Untuk KIS Group sejauh ini secara kualitas sangat baik. Standar Nasional Indonesia, Biometana dengan kualitas 91 persen. Sedangkan produksi KIS Group dengan teknologi nya mampu meningkatkan kualitas nya hingga 96 persen," jelasnya.
Deputi Bidang Pengembangan Iklim Penanaman Modal BKPM Dr. Riyatno, menyebut pemerintah akan memfasilitasi pelaku usaha yang ingin mengembangkan pengelolaan Biometana ini. Salah satu fasilitas yang disediakan adalah dengan telah adanya Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) khusus untuk Biometana di Sistem Perizinan Usaha (OSS) Pemerintah.
"Jadi untuk pendaftaran izin usaha Biometana ini sekarang sudah bisa dilakukan secara online (daring) 24 jam. Ini salah satu kemudahan yang diberikan," tukasnya.
Editor : Ismail