get app
inews
Aa Text
Read Next : Rico Waas Harap Regrouping 142 SDN di Medan Hasilkan Pendidikan Berkualitas

Bekiung Bangkit, Supono Gerakkan Desa Jadi Sentra Peternakan Modern

Kamis, 17 April 2025 | 15:31 WIB
header img
Supono sedang menunjukan program YBM BRIlian Medan, Breeding dan Fattening Sapi yang dikelola warga Desa Bekiung Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat. (Foto: iNewsMedan.id/Mayfazri)

LANGKAT, iNewsMedan.id - Di tengah hamparan kebun sawit yang menghijau dan jalanan desa yang ramai oleh geliat para petani dan peternak, Desa Bekiung di Kecamatan Kuala, Kabupaten Langkat, tengah mengalami perubahan besar yang perlahan tapi pasti mengubah wajah desa. Dulu, aktivitas warga yang sederhana. Kini, geliat ekonomi mulai terasa, dipicu oleh semangat baru yang tumbuh dari dalam komunitas itu sendiri. 

Perjalanan menuju Desa Bekiung dari Kota Medan menempuh jarak sekitar 47 kilometer, sebuah rute yang membawa kita melintasi beragam lanskap dan nuansa khas Sumatera Utara. Dari hiruk-pikuk Kota Medan, kendaraan mulai bergerak keluar menuju kawasan Kabupaten Deli Serdang, di mana pemandangan kota perlahan berganti. Selanjutnya, kita akan melewati Kota Binjai yang menjadi penghubung penting antarwilayah, dengan suasana kota kecil yang ramai namun bersahabat. 

Begitu memasuki wilayah Kabupaten Langkat, suasana pedesaan kian terasa. Semakin jauh meninggalkan pusat kota, jalan mulai dipenuhi pohon-pohon besar dan hamparan kebun sawit yang seolah tak berujung. Jalanan mulai menyempit, berliku, dan sesekali bergelombang, namun di sekelilingnya terhampar keindahan alam yang asri dan udara yang jauh lebih segar di pagi hari. Perjalanan ini bukan sekadar berpindah tempat, tetapi seolah membawa kita masuk ke dalam potret kehidupan desa yang tenang, alami, dan menyimpan banyak potensi, terutama di Desa Bekiung, yang kini mulai bangkit melalui semangat pembangunan dari masyarakatnya sendiri.


Lokasi tempat pembuatan pakan ternak, alat produksi dibantu dari kolaborasi bersama kampus USU. (Foto: iNewsMedan.id/Mayfazri)

Di balik dinamika ini, berdirilah Supono, seorang pria kelahiran 1976, sederhana namun visioner, yang memutuskan kembali pulang ke tanah kelahirannya, berlatar belakang pendidikan Teknik Elektro, Universitas Islam Sumatera Utara (UISU). Kepulangannya bukan sekadar menginjakkan kaki di kampung halaman, tapi membawa misi besar, yakni menumbuhkan kemandirian dan memberdayakan desa melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Bangun Mandiri, sebuah entitas yang kini akrab dikenal warga sebagai motor penggerak ekonomi lokal.

Supono bukanlah sosok pemimpin biasa. Di tangannya, BUMDes Bangun Mandiri menjelma menjadi lebih dari sekadar lembaga ekonomi desa, ia menjadi pusat inovasi, pemberdayaan, dan kebangkitan kolektif masyarakat Desa Bekiung. Kepemimpinannya yang visioner menjadikan BUMDes bukan hanya produktif secara ekonomi, tetapi juga sarat terobosan yang berani dan relevan dengan kebutuhan lokal.

Berbagai prestasi telah ia torehkan, menjadi bukti nyata dari kerja keras dan ketulusan yang ia tanamkan dalam setiap langkah. Pada tahun 2021, BUMDes Bangun Mandiri keluar sebagai Pemenang Utama dalam program Desa BRIlian Batch 2, sebuah capaian bergengsi yang membuka mata banyak pihak terhadap potensi desa kecil di pelosok Langkat ini. Tak berhenti di sana, tahun berikutnya, Desa Bekiung dinobatkan sebagai Desa Terbaik 1 dalam program Deepening Desa BRIlian wilayah Sumatera Utara tahun 2022, pengakuan atas konsistensi dan keberlanjutan program-program pemberdayaan yang dijalankan.

Puncaknya, pada 2024, prestasi kembali diukir di tingkat Regional Office Medan, mempertegas posisi BUMDes Bangun Mandiri sebagai model inspiratif dalam pengelolaan ekonomi desa berbasis partisipasi dan inovasi. Semua itu tak lepas dari tangan dingin Supono, yang memimpin dengan hati, pikiran tajam, dan keberanian untuk terus melangkah maju.

Saat ditemui tim iNewsMedan.id ke Desa Bekiung pada Rabu (16/4/2025), Supono berkisah dengan nada tenang, namun di balik ceritanya tersimpan jejak perjuangan yang tak mudah. Jalan yang ia tempuh untuk membawa BUMDes Bangun Mandiri ke titik pencapaian seperti hari ini bukanlah jalan lurus mulus seperti aspal kota, melainkan jalur berliku yang dipenuhi tantangan, dan keterbatasan.

Ia sangat memahami realitas di lapangan, pada awalnya tujuan dari BUMDes adalah Desa punya usaha sesuai potensi, supaya desa punya penghasilan dalam bentuk Pendapatan Asli Desa (PAD) untuk membiayai kegiatan kegiatan di desa. Dana desa yang menjadi salah satu tulang punggung operasional BUMDes, tidak selalu datang dalam jumlah besar. Terlebih setelah pandemi COVID-19 melanda, prioritas anggaran pun bergeser drastis. Sebagian besar dana desa dialokasikan untuk bantuan sosial seperti BLT demi menopang kehidupan masyarakat yang terdampak. “BUMDes bukan tidak diperhatikan, hanya porsi dananya agak dikurangi,” ucap Supono sambil tersenyum maklum, seolah ingin menunjukkan bahwa ia mengerti, tapi tak ingin berhenti di situ.


Desa Bekiung Mendapatkan Apresiasi Program Deepening Desa BRIlian 2024 Regional Office Medan. (Foto: iNewsMedan.id/Mayfazri)

Alih-alih menunggu dan bergantung pada bantuan pemerintah, Supono memilih jalan lain, ia bergerak. Dengan tekad yang kukuh, ia mulai merintis berbagai kerja sama strategis dengan pihak ketiga mulai dari BRI yang membuka akses pendanaan dan pelatihan, hingga perguruan tinggi yang turut menyumbangkan pemikiran dan pendampingan teknis. Ia juga menjalin sinergi dengan berbagai stakeholder lain, membangun jembatan kepercayaan dan kolaborasi demi satu tujuan besar, yakni menjadikan BUMDes sebagai instrumen nyata untuk perubahan dan kemandirian desa.

Dalam pandangannya, BUMDes adalah manifestasi dari Undang-Undang Desa No. 6 Tahun 2014, yang menjadi perwujudan nyata Nawacita Presiden Jokowi, membangun Indonesia dari desa. Supono meyakini bahwa desa harus punya usaha sendiri, berbasis pada potensi lokalnya, agar mampu menghasilkan pendapatan yang bisa digunakan untuk membiayai kegiatan desa dan mensejahterakan masyarakatnya.

Potensi besar itu telah lama tertanam di benak Supono, bahkan sejak masa kecilnya yang ia habiskan di tengah-tengah kehidupan agraris Desa Bekiung. Ia tumbuh dengan pemandangan yang akrab, para petani membajak sawah, menanam padi, merawat ladang, dan para peternak menggiring ternaknya pagi dan petang. Aktivitas pertanian dan peternakan bukan sekadar mata pencaharian bagi warga, melainkan denyut kehidupan yang menghidupi desa secara turun-temurun.

Kini, sebagai Direktur BUMDes Bangun Mandiri, Supono kembali menelusuri jejak masa kecilnya, bukan untuk bernostalgia, tetapi untuk merumuskan masa depan. Ia melihat bahwa kekuatan desa sesungguhnya sudah ada sejak dulu, tinggal bagaimana potensi itu digarap dengan pendekatan yang lebih modern dan berkelanjutan. Maka lahirlah sebuah gagasan besar, menjadikan Bekiung sebagai sentra peternakan modern berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi.

“Kalau cuma kasih rumput, hasilnya akan sama seperti beternak zaman dulu,” ujarnya dengan tegas. “Kita ingin lebih dari itu.” Bagi Supono, peternakan bukan lagi soal tradisi, tetapi soal inovasi. Ia mulai memperkenalkan pola-pola pemeliharaan yang lebih efektif, manajemen pakan yang terukur, hingga membuka peluang pasar yang lebih luas bagi hasil ternak warga. Di tangannya, kenangan masa kecil berubah menjadi visi besar, mengangkat wajah Bekiung lewat kekuatan yang telah lama dimiliki desanya sendiri.

Salah satu tantangan paling besar dalam dunia peternakan adalah biaya pakan, yang bisa menyerap hingga 70 persen dari total biaya produksi. Ini menjadi beban berat yang menggerogoti keuntungan peternak. Menyadari hal itu, Supono tak tinggal diam. Ia memutar otak, berpikir keras mencari solusi yang tidak hanya murah, tetapi juga berkelanjutan.

Editor : Chris

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut