Kisah Inspiratif Serda Yuda: Bukti Tekad dari Panti, Dulu Seragam Sekolah Pun Harus Bergantian

JAKARTA, iNewsMedan.id - Sersan Dua (Serda) I Made Yuda Perdana lahir di Mataram pada 24 Mei 2002, dan kisah hidupnya adalah potret nyata tentang bagaimana harapan, ketekunan, dan hati yang tulus bisa membawa seseorang menggapai cita-cita besar.
Yuda tumbuh bukan dalam kemewahan, tapi di tengah keterbatasan yang justru menguatkannya. Ia dibesarkan di Panti Asuhan Darma Laksana Mataram—tempat yang menjadi rumah, sekolah kehidupan, dan keluarga kedua baginya.
Sejak kecil, hidup Yuda sudah diwarnai perjuangan. Sang ibu meninggal dunia ketika ia masih duduk di bangku sekolah dasar, sementara ayahnya bekerja sebagai tukang bengkel dengan penghasilan yang tak seberapa.
Ia adalah anak dari tujuh bersaudara. Keluarganya harus bergantian mengenakan seragam sekolah karena keterbatasan ekonomi. Kadang, Yuda harus rela tidak berangkat sekolah hanya karena seragam belum kering dipakai saudaranya.
Namun, di balik segala kesulitan itu, ada kekuatan besar yang tumbuh dalam dirinya: mimpi menjadi prajurit TNI. Dan di Panti Asuhan Darma Laksana-lah mimpi itu dipelihara dengan sabar.
"Yuda anak yang tekun. Sehabis belajar atau menjalani aktivitas panti, ia selalu menyempatkan diri berolahraga. Ia sangat menjaga kesehatannya, karena sejak kecil ia sudah tahu apa yang ingin ia capai," tutur Dewa Wayan Parnaya, salah satu pengasuh di panti, dengan wajah penuh bangga.
Setelah menyelesaikan sekolah dasar, Yuda resmi menjadi anak asuh Panti Darma Laksana, mengikuti aturan yayasan yang memberi prioritas bagi anak yatim, piatu, atau dari keluarga kurang mampu. Selama masa SMP dan SMA, ia terus menunjukkan prestasi—bukan hanya secara akademik, tapi juga dalam semangat dan kedisiplinan.
Ketua yayasan, I Made Selamet, mengenang betul masa kecil Yuda. “Kami tahu keluarga Yuda sangat kesulitan. Tapi dari dulu, ia punya semangat yang luar biasa. Kami hanya bisa mendukung dan memotivasi. Selebihnya, Yuda sendiri yang berjuang,” ucapnya dengan mata berkaca-kaca.
Dan perjuangan itu tidak sia-sia. Dengan kerja keras dan doa yang tak pernah putus, Yuda berhasil lulus seleksi dan menjadi anggota TNI Angkatan Darat lewat jalur Secaba agama. Tanpa mengeluarkan uang sepeser pun, ia membuktikan bahwa jalan menjadi prajurit tetap terbuka bagi siapa saja yang tulus berjuang.
“Ini bukti bahwa anak panti pun bisa berdiri gagah sebagai seorang tentara. Tekad, disiplin, dan kemauan keras jauh lebih penting dari harta,” lanjut I Made Selamet melansir laman TNI AD mil.id
Atas keberhasilan Serda Yuda, ia menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Pangdam IX/Udayana, dan Danrem 162/WB yang telah membuka jalan dan memberikan arahan kepada Yuda hingga bisa mengabdi sebagai prajurit.
Brigjen TNI Sudarwo Aris Nurcahyo, Danrem 162/WB, menegaskan bahwa pintu pengabdian selalu terbuka bagi anak-anak bangsa, terutama mereka yang berasal dari latar belakang kurang mampu. “Kami berikan prioritas bagi anak-anak yatim, piatu, dan dari keluarga sederhana yang punya semangat tinggi untuk mengabdi. Tidak ada pungutan biaya. Yuda sudah membuktikannya,” tegasnya.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta