MARIUPOL, iNews.id - Setidak 1.300 warga Mariupol Ukraina terbunuh oleh tentara Rusia akibat invasinya. Kini Mariupol menjadi salah satu kota Ukraina yang paling menderita akibat invasi Rusia.
Wali Kota Vadym Boichenko menyebut "armageddon" terjadi di kotanya dengan mayat tersebar di mana-mana. Boichenko mengatakan penduduk Mariupol yang dikepung pasukan Moskow telah merasakan "neraka" dua hari.
Dalam sebuah video yang di-posting online, Boichenko mengatakan pesawat-pesawat Rusia terbang di atas daerah pemukiman kota setiap 30 menit. "Dan membunuh warga sipil: orang tua, wanita, anak-anak," katanya. Penduduk Mariupol telah hidup tanpa air dan listrik selama beberapa hari, dan merasakan kekurangan makanan dan obat-obatan.
Pejabat setempat mengatakan pasukan Rusia tak hanya mengepung, tapi juga meluncurkan tembakan berat. Kondisi itula yang menyebabkan penduduk tidak dapat mengungsi. "Sembilan hari tanpa makanan, pemanas, dan mayat di mana-mana di jalan ini," kata Petro Andryuschenko, penasihat kantor wali kota, kepada The Washington Post, yang dilansir Jumat (11/3/2022).
"Apa yang bisa lebih buruk dari ini? Satu-satunya rumah sakit yang tersisa penuh dengan orang." Dia memperkirakan bahwa 1.300 penduduk Mariupol telah tewas di kota itu sejak dimulainya invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari. Pada hari Rabu, serangan Rusia menghantam rumah sakit bersalin dan anak-anak Mariupol, menyebabkan tiga orang tewas dan 17 luka-luka.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyebut serangan itu sebagai "kekejaman" dan video yang diambil setelahnya menunjukkan wanita hamil didorong keluar dari gedung yang rusak.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengklaim pada hari Kamis bahwa tidak ada wanita atau anak-anak di dalam rumah sakit, dan itu digunakan untuk menampung para petempur Ukraina. Dia tidak memberikan bukti apa pun untuk klaimnya.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta