MEDAN, iNewsMedan.id – Calon Gubernur Sumatera Utara nomor urut 2, Edy Rahmayadi, menggunakan hak pilihnya di Tempat Pemungutan Suara (TPS) 44, Jalan Karya Bakti, Kecamatan Medan Johor, Kota Medan, pada Rabu pagi (27/11/2024). Edy tiba di TPS sekitar pukul 09.15 WIB bersama istri, Nawal Lubis, ibu, Hj. Ngadisah Kandar, dan anak-anaknya.
Usai mencoblos, Edy menyatakan dirinya tidak memiliki agenda lain selain menunggu hasil pemungutan suara. "Nyoblos sudah selesai, habis ini saya tidak ada lagi kegiatan, tinggal menunggu hasil saja," ujarnya kepada wartawan.
Namun, Edy tetap akan memantau pelaksanaan pemilu, termasuk hasil rekapitulasi suara. Pada siang hari, ia dijadwalkan mengunjungi Posko Pemenangan Edy-Hasan di Jalan Jenderal Sudirman, Medan, untuk menyaksikan proses penghitungan cepat (quick count). "Setelah pencoblosan terealisasi, saya akan datang ke tempat pemenangan," ungkap mantan Ketua Umum PSSI tersebut.
Edy juga menyoroti peran saksi dalam mengawal suara di TPS, PPS, hingga PPK. "Saksi adalah instrumen penting dalam demokrasi. Kita sudah menyiapkan dan menempatkan saksi di 25 ribu TPS di Sumatera Utara," tegasnya.
Di sisi lain, ibu Edy, Hj. Ngadisah Kandar, menyampaikan doa dan harapannya agar anaknya meraih hasil terbaik dalam Pilkada Sumut 2024. "Semoga anak saya dilindungi Allah dan menang," ucapnya singkat.
Dalam kesempatan itu, Edy juga mengungkap sejumlah kendala teknis yang dilaporkan, seperti warga yang belum menerima undangan untuk mencoblos. Bahkan, ibu kandungnya sendiri awalnya kesulitan memastikan lokasi TPS. "Untung saja TPS-nya sama dengan saya. Kalau tidak, pasti jadi masalah," katanya.
Selain itu, Edy menyoroti dampak banjir akibat hujan lebat, yang mengganggu akses ke TPS. "Sungai Deli meluap sampai lebih dari satu setengah meter. TPS pun banyak yang becek. Ini tentu memengaruhi masyarakat dalam menggunakan hak pilihnya," jelas Gubernur Sumut periode 2018-2023 tersebut.
Ketika ditanya soal optimisme, Edy menjawab dengan keyakinan. "Jika Allah berkehendak, saya akan menjadi Gubernur Sumatera Utara 2025-2030. Berapa pun selisihnya, satu persen pun cukup untuk menang," ujarnya.
Ia juga menekankan bahwa hasil penghitungan cepat bukan landasan akhir, melainkan hanya gambaran awal. "Quick count bukan acuan utama, yang menentukan adalah real count," tutupnya.
Editor : Ismail