Apabila sang anak membolos dari jadwal pelajarannya, Anda dapati para ayah sangat resah. Namun, ketika anak-anak tidak terlihat dari shalat jama'ah di masjid serta shalat Jumat, -terlebih bagi anak laki-laki-, Anda akan mendapati sebagian dari para ayah, --bahkan banyak dari mereka-- tidak tergerak samasekali! Hanyalah kepada Allah kita mengadukannya.
Padahal urusan agama adalah perkara yang serius, bukan main-main. Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda,
ما من عبد استرعاه الله رعية فلم يحطها بنصيحة إلا ولم يجد رائحة الجنة
"Tidak ada seorang hambapun yang Allah mengamanatkan kepadanya rakyat, lalu ia tidak menjaganya dengan nasihat, kecuali ia tidak akan mendapati harumnya Jannah." (al-Bukhari 7150 dan Muslim 142 dari hadits Ma'qil bin Yasar radhiyallahu 'anhu)
Tidak diragukan lagi bahwa kerugian yang paling besar yang akan dirasakan adalah menimpakan kerugian untuk dirinya sendiri dan keluarganya -kita berlindung kepada Allah dari kerugian itu- pada hari kiamat;
{ۗ قُلْ إِنَّ الْخَاسِرِينَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنفُسَهُمْ وَأَهْلِيهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۗ أَلَا ذَٰلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ} [الزمر : 15]
Katakanlah (Wahai Muhammad), "Sesungguhnya orang-orang yang rugi ialah orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri dan keluarganya pada hari kiamat." (Az-Zumar: 15)
Dinukil dari Huquuqul Aulad 'alal Abaa' wal-Ummahat Karya Asy-Syaikh Dr. Abdullah bin Abdurrahim al-Bukhari (Kenalilah Hak Anakmu Wahai Para Orang Tua), al-Abror Media hlm. 25-27
Editor : Vitrianda Hilba Siregar