MEDAN, iNews.id - Konflik Rusia dan Ukraina hingga saat ini masih terus terjadi. Tanda-tanda menuju gencatan senjata belum terlihat. Perang kedua negara itu adalah sebuah dilema sekaligus bom waktu yang memunculkan satu kegilaan di abad 21.
Menurut pimpinan pusat Forum Generasi Muda Seluruh Indonesia (Formasi), Ibnu Kaban hal itu menjadi momok bagi setiap negara berdaulat yang ingin menjaga serta menciptakan perdamaian dunia di belahan bumi manapun.
"Terjadinya konflik Rusia-Ukraina menjadi salah satu bukti, bahwa peradaban manusia dari sudut pandang kemanusiaan, sesungguhnya menunjukkan adanya satu tanda kemunduran baru pasca Perang Dunia Kedua," katanya, Minggu (6/3/2022).
Ibnu Kaban mengatakan geografis Indonesia menempati di belahan bumi bagian utara dan selatan, yang konon katanya negeri ini bercita-cita ingin menjadi poros maritim dunia.
"Konflik Rusia-Ukraina penting untuk ditelaah lebih jauh, agar Indonesia dapat memetik sebuah pelajaran berharga dan menggali sebuah hikmah dari kisruh memanasnya politik luar negeri," ucap Ibnu Kaban.
Grand plan yang kongkrit, solid serta komprehensif dari seluruh aspek kenegaraan, menjadi sangat penting untuk dilakukan Indonesia dalam melakukan manuver yang lincah di panggung politik luar negeri, seperti halnya yang dilakukan presiden pertama Indonesia, Soekarno.
Ibnu Kaban menjelaskan bahwa 1955 di kota Bandung, Jawa Barat telah diadakan Konferensi Asia-Afrika (KAA) yang menjadi cikal bakal lahirnya Gerakan Non-Blok (GNB).
Hasil dari pertemuan tersebut, kata Ibnu Kaban menciptakan sebuah kesepakatan serta penerapan prinsip dasar kerja sama antar negara yang dikenal dengan nama ‘Dasasila Bandung’, pasca pertemuan tersebut dilanjutkan kembali dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) I di Beograd, Yugoslavia, yang kemudian pada 1 September 1961 Gerakan Non-Blok (GNB) resmi dikukuhkan.
"Luar biasanya lagi, Soekarno menjadi salah satu penggagas berdirinya Gerakan Non-Blok (GNB), gerakan ini bertujuan untuk menentang segala bentuk kejahatan dunia, salah satunya dominasi asing di percaturan politik dunia," terangnya.
Menurut Ibnu Kaban, konflik Rusia-Ukraina yang sedang berlangsung saat ini, dilakukan Presiden Vladimir Putin untuk memberikan pelajaran bagi Amerika Serikat dan NATO. Dalam jajak pendapat tersebut, dirinya menegaskan bahwa pergerakan dunia itu tidak boleh didominasi oleh satu negara ataupun salah satu kelompok saja.
"Sederhananya memberi pelajaran kepada Amerika Serikat dan NATO, bahwa dunia ini tidak boleh di run oleh satu orang saja atau satu negara saja atau satu kelompok saja. Penyebab mengapa Presiden Rusia Vladimir Putin mengambil langkah agresif berupa serangan militer ke Ukraina yang sebenarnya bibit gejolak ini sudah terjadi sejak lama, di mulai pasca runtuhnya Union of Soviet Socialist Republics (USSR) atau Uni Soviet di tahun 1991," ujarnya.
"Peristiwa tersebut membuat Uni Soviet (USSR) terpecah-pecah, kemudian disusul negara Lithuania dan Luthvia yang diundang atau masuk bergabung ke dalam NATO, kala itu Presiden Rusia Vladimir Putin masih tidak bergeming, pasalnya negara-negara itu secara geografis letaknya masih berada jauh dari Rusia," tandas Ibnu Kaban.
Editor : Odi Siregar