MEDAN, iNewsMedan.id - Kematian dalam Islam dipandang sebagai suatu kepastian yang akan dialami oleh setiap manusia. Ini adalah bagian dari siklus kehidupan dan kematian yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.
Kematian dalam Islam memiliki makna yang sangat dalam dan luas, tidak hanya sekedar berakhirnya kehidupan duniawi, tetapi juga menjadi awal dari kehidupan yang kekal di akhirat.
Ustaz Abu Hanan As-Suhaily Liqo menerjemahkan dari Kitab Al Bab Al Maftuh (2/179) menyampaikan, ”Sesungguhnya dunia ini semuanya pasti akan berlalu, dan segala sesuatu yang ada didalamnya , sungguh itu hanyalah sebuah pelajaran.
Jika kamu melihat kepada matahari, dia akan keluar di pagi hari kemudian menghilang di sore hari dan sirna, dan demikianlah keberadaan manusia di dunia dia keluar (dari perut ibunya) kemudian menghilang (mati).
Jika kamu melihat kepada bulan demikian pula, dia akan muncul di awal bulan sebagai bulan sabit kecil, kemudian terus berkembang dan membesar hingga apabila telah sempurna, maka mulailah dia menyusut sampai kembali seperti pelepah kurma yang telah layu.
Demikian pula apabila kita melihat bulan demi bulan maka kamu akan dapati setiap orang akan dapat melihat bulan yang akan datang melihat dari kejauhan.
Sebagai permisalan, ada yang mengatakan: kita sekarang berada pada bulan kedua belas sisa delapan bulan menuju Ramadhan, betapa jauhnya! Dan bulan berlalu begitu cepatnya, seakan-akan hanya sekejap saja pada siang hari!
Demikian dengan umur setiap orang maka kamu mendapatinya mendekat kepada kematian dengan pandangan dari kejauhan dan mengamati, dan ternyata tali angan-angan telah terputus, dan dia telah kehilangan segala sesuatunya, kamu dapatkan dia sedang memikul orang lain di atas keranda mayit dan menguburkannya ke dalam tanah dan dia berfikir:
متى يكون هذا فى شاني
Kapan hal ini terjadi pada diriku?
متى اصل الى هذه الحال؟؟
Kapan aku akan sampai pada keadaan ini?
Dan ternyata dia telah sampai pada keadaan itu dan dia merasa seakan-akan mereka tidak pernah tinggal (di dunia) hanya di sore hari atau di waktu dhuha saja!
Aku katakan ini demi membawa diriku (untuk memikirkan) dan membawa saudara-saudaraku agar bergegas memanfaatkan waktu, dan agar jangan kita sia-siakan waktu sekalipun sekejap melainkan kita mengetahui hisab kita didalamnya.
Apakah ada sesuatu yang bisa mendekatkan kita kepada Allah?
Apakah kita masih tetap diam di tempat?
Apa yang akan terjadi nanti kepada kita?
Wajib atas kita untuk mengejar, menyusul semua perkara sebelum kehilangan kesempatan, karena betapa dekatnya akhirat dengan dunia!
Dan Abu Bakar -radhiallahu 'anhu- dahulu seringkali membuat perumpamaan dengan sebuah ungkapan penyair:
وكلنا مصبحٌ في أهله .. والموت أدنى من شراك نعله
Dan setiap masing-masing kita berkumpul di tengah keluarganya"
Sedangkan kematian begitu dekat daripada tali sandalnya
Aku memohon kepada Allah untukku dan untuk kalian husnul khotimah, dan semoga Dia menjadikan urusan kedepan kita lebih baik dari sebelumnya, dan semoga kita dibantu untuk mengingat-Nya dan bersyukur kepada-Nya serta baiknya peribadatan kepada-Nya.”
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta