"Oleh karena itu kita harus memperhatikan kecukupan konsumsi air minum dalam setiap kesempatan setiap hari. Kekurangan asupan air minum akan berakibat pada terjadinya dehidrasi jangka pendek yang mengakibatkan mulut kering dan haus, lemah, pusing, mood dan konsentrasi terganggu, suhu tubuh terganggu, dan jantung berdebar. Apabila dehidrasi itu berlangsung terus dalam jangka panjang berpotensi pada gangguan yang lebih serius seperti penyakit ginjal kronis, infeksi saluran kemih, penyakit jantung, obesitas (kegemukan), kanker, dan diabetes," beber Ary.
Ketua IHWG FKUI, Dr. dr. Diana Sunardi, menekankan bahwa selain kuantitas, kualitas air minum juga perlu diperhatikan. IHWG FKUI merekomendasikan bahwa air minum yang baik dan berkualitas tidak memiliki rasa, bau, warna, serta bebas dari cemaran dan kontaminan.
Diana Sunardi juga mengingatkan bahwa penting untuk memperhatikan jumlah air yang dikonsumsi sesuai dengan usia dan aktivitas harian.
“Hasil penelitian IHWG FKUI mencatat bahwa banyak penduduk Indonesia, dewasa maupun anak-anak, masih kurang minum. Itu sebabnya perlu edukasi terus menerus untuk mengingatkan pentingnya konsumsi air dalam jumlah yang cukup disesuaikan dengan usia dan aktivitas agar tubuh dapat berfungsi secara optimal,"terangnya.
Sejalan dengan hal tersebut, Hydration Science Consultant Danone-AQUA, dr. Tria Rosemiarti, Dipl in Nutrition menjelaskan air minum yang berkualitas harus berasal dari sumber yang terpilih, terlindungi dan terjaga kemurniannya.
Untuk itu, diperlukan berbagai upaya untuk menjaga keberlanjutan ekosistem di sekitar sumber air termasuk memberdayakan komunitas di sekitarnya agar kualitasnya selalu terjaga.
“Aqua yang berasal dari sumber mata air pegunungan seperti yang diproduksi Pabrik Aqua Berastagi yang terletak di kaki gunung Sibayak ini telah memenuhi syarat sebagai air minum yang berkualitas dan dapat dikonsumsi secara berkala,” tambah dr Tria Rosemiarti
Editor : Ismail