Pada suatu hari, ada seseorang yang berbicara kepada orang lain tentang Nabi Ayub Alaihissallam. Nabi Ayub diolok-olok dengan kata-kata, "Jika Allah benar-benar memperhatikan orang ini, tentu Ayub tidak akan menderita seperti ini."
Mendengar ejekan tersebut, Nabi Ayub segera berdoa, "Ya Allah, aku sedang dalam penderitaan yang sangat berat, dan Engkau adalah Yang Maha Penyayang dan Maha Pengasih."
Hal ini sejalan dengan firman Allah Subhanahu wa ta'ala dalam Alquran:
وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَىٰ رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ
Artinya: "Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: '(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang'." (QS Al Anbiya: 83)
وَاذْكُرْ عَبْدَنَا أَيُّوبَ إِذْ نَادَىٰ رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الشَّيْطَانُ بِنُصْبٍ وَعَذَابٍ
Artinya: "Dan ingatlah akan hamba Kami Ayyub ketika ia menyeru Tuhan-nya: 'Sesungguhnya aku diganggu setan dengan kepayahan dan siksaan'." (QS Shad: 41)
Di sinilah datangnya keajaiban dan kebaikan Allah Subhanahu wa ta'ala. Allah memerintahkan Nabi Ayub untuk mengetuk tanah dengan kakinya, dan tiba-tiba air muncul dari dalam tanah.
"Allah mengabulkan doamu, Ayub. Ketuklah kakimu ke tanah, dan air akan keluar. Mandilah dan minumlah air tersebut," tambah Ustaz Firanda.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta