JAKARTA, iNewsMedan.id - Youtuber Alshad Ahmad menjadi sorotan publik imbas mengumumkan harimau peliharaannya bernama Cenora mati. Hal itu pun langsung mendapat kritik dari aktivis Lingkungan.
Kabar itu diungkap Alshad melalui postingan Instagram-nya, baru-baru ini. Bukan mendapat simpati, Alshad langsung menuai kritik netizen karena dinilai tidak memiliki kapasitas untuk memelihara hewan buas seperti harimau.
Alshad pun semakin menjadi bulan-bulanan netizen usai menuliskan balasan komentar yang mengungkap fakta jika bukan hanya satu harimau peliharaannya yang mati. Namun, ada enam lainnya, sehingga total ada tujuh harimau yang mati.
Dia mengatakan, tujuh harimau tersebut merupakan hasil breeding sendiri dari satu indukan. Hal ini pun tambah membuat marah netizen di media sosial.
Tak hanya netizen, kecaman juga datang dari Femke den Haas, wanita asal Belanda yang sudah lebih dari 20 tahun menetap di Jakarta sebagai seorang aktivis lingkungan. Dia juga sekaligus salah satu pendiri Jakarta Animal Aid Network (JAAN), sebuah lembaga independen yang didirikan dengan tujuan menyelamatkan satwa.
Dia menegaskan, satwa liar, apapun jenisnya, berhak untuk hidup di alam. Menurut dia, cukup berisiko membiarkan satwa liar hidup di dalam kandang yang tentunya lebih sempit jika dibandingkan dengan habitat aslinya di alam bebas.
Sebab, banyak bahaya yang mengintai, tentu saja akan mengancam keselamatan mereka. "Setiap satwa liar pasti terlahir untuk hidup di alam dan mereka tidak cocok untuk hidup di dalam kandang dan di tempat sempit. Apalagi kan dipelihara di atas semen, sangat kasar dan bisa mengakibatkan banyak penyakit," kata Femke den Haas saat dihubungi iNews.id, belum lama ini.
Lebih lanjut, Femke menjelaskan jika harimau menjadi salah satu satwa liar yang membutuhkan tempat yang luas demi kelangsungan hidupnya. Kandang sebesar apapun, asupan makanan sebanyak apapun dari tuannya, tak akan bisa terpenuhi seutuhnya jika ia masih saja tak dibiarkan hidup di alam bebas.
"Harimau kan satwa yang butuh tempat yang sangat luas jadi kebutuhannya tidak pernah dipenuhi jika di luar alam begitu," ujar dia.
Apapun dalihnya, entah untuk penangkaran, konservasi, kelestarian, fokus utamanya tetap lah harus selalu memastikan jika harimau itu dibiarkan hidup bebas di alam. "Makanya kami beropini harus melestarikan harimau di alam, semua yang ingin berkontribusi untuk konservasi harimau ini fokus untuk harimau yang hidup di alam," kata dia.
Tak bisa dipungkiri jika Alshad memang memiliki izin untuk memelihara beberapa Harimau Benggala-nya itu karena statusnya tidak dilindungi. Apalagi, jika ingin mengacu pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 Tahun 2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.
Harimau Benggala, jelas tidak ada di sana, karena Harimau asli Indonesia yang dilindungi adalah Harimau Sumatera sementara Harimau Benggala subspesies harimau di India, Nepal, Bangladesh, dan Bhutan.
Namun, Femke tak bicara soal satwa dilindungi. Dia berulang kali menegaskan jika ini tentang satwa liar yang tidak seharusnya berada di kandang. Terlebih, jika niatnya memang untuk membantu meningkatkan populasi harimau di alam dengan cara membiarkannya berkembang biak di kandang.
"Bukan breeding di kandang karena nggak akan membantu populasi harimau di alam ya karena ini memang satwa yang impor. Jadi malah merusak juga fauna yang ada di indonesia. Pada intinya kami tidak setuju pemeliharaan (domestikasi) satwa liar," jelas dia.
"Biarkan satwa liar hidup di hutan, bukan di YouTube!" pungkas dia.
Artikel ini telah terbit di halaman iNews.id dengan judul Alshad Ahmad Panen Kritik usai Harimau Peliharaannya Mati, Aktivis Lingkungan: Satwa Liar Hidup di Hutan Bukan di YouTube
Editor : Odi Siregar