get app
inews
Aa Read Next : FIFA Nilai Rizky Ridho Jadi Pemain Paling Berpengalaman dalam Skuad Timnas Indonesia U-23

Terlibat Match Fixing 45 Pemain Laos Dilarang FIFA Bermain Seumur Hidup

Selasa, 11 Januari 2022 | 10:10 WIB
header img
Terlibat match fixing membuat 45 pemain Laos dilarang bermain seumur hidup oleh FIFA. Diduga kuat Laos terlibat match fixing di Piala AFF 2020? (Foto: Twitter/@FAM_Malaysia)

TERLIBAT match fixing membuat 45 pemain Laos dilarang bermain seumur hidup oleh FIFA. Diduga kuat Laos terlibat match fixing di Piala AFF 2020?

Sebelumnya, akun Twitter bernama Oriental Gambler menyebut adanya match fixing di matchday kedua Grup B Piala AFF 2020 yang mempertemukan Laos vs Malaysia. Dalam laga tersebut, Malaysia menang meyakinkan 4-1 atas Laos.

“Sangat jelas bahwa hasil pertandingan telah diatur dengan Laos menjual pertandingan ke Malaysia. Anda (penyelenggara) harus memulai penyelidikan, ini terjadi di Singapura,” kata seorang pengguna akun Twitter yang menggunakan nama Oriental Gambler.

Setelah itu, muncul juga tudingan bahwa pemain-pemain Laos sengaja mengalah saat mereka tumbang 1-5 dari Timnas Indonesia di laga ketiga mereka. Meski begitu, pemain-pemain yang dihukum ini bukan yang terlibat di Piala AFF 2020.

Menurut Sekjen Federasi Sepakbola Laos (LFF) yakni Kanya Keomany, menyebut 45 pemain yang dihukum ini telah melakukan match fixing selama bertahun-tahun. Ia pun sangat meyayangkan kasus ini.

“Jumlah pemain yang dilarang bermain seumur hidup oleh FIFA, telah terjadi selama bertahun-tahun di berbagai turnamen. Efeknya pun berdampak negatif kepada kami saat memilih pemain untuk dipanggil ke Timnas Laos untuk mengarungi berbagai turnamen regional dan internasional,” kata Kanya Keomany dalam pemberitaan The Laotian Times, Okezone mengutip dari Soha.vn.

Wakil Presiden LFF, Khampheng Vongkhanty, juga sangat meyayangkan kejadian ini. Ia menilai ini telah merusak citra sepakbola Laos.

“Tindakan 45 pemain yang dilarang bermain seumur hidup oleh FIFA, telah merusak citra sepakbola Laos serta masa depan mereka sendiri. Karena itu, sangat penting untuk menghapus mereka dari sepakbola,” kata Khampheng Vongkhanty.

Match fixing memang masih kencang di kawasan Asia Tenggara. Sekarang tentu harapannya hal-hal seperti ini tak lagi terjadi di sepakbola, demi adanya integritas dari cabang olahraga yang paling digemari masyarakat dunia tersebut.

Editor : Vitrianda Hilba Siregar

Follow Berita iNews Medan di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut