get app
inews
Aa Text
Read Next : Simak, Ini Etika Bebas Berpendapat di Ruang Digital

Tips Mencegah Cyberbullying, Salah Satunya Jangan Sembarang Bercerita di Sosmed

Kamis, 30 Maret 2023 | 11:38 WIB
header img
Webinar Ngobrol Bareng Legislator: Identifikasi dan Antisipasi Perundungan Digital, Rabu (29/3).

JAKARTA, iNewsMedan.id- Teknologi yang semakin pesat berkembang terutama dalam teknologi informasi dalam dunia digital. Dimana dengan masifnya pengguna media digital sekarang ini tak lepas dari munculnya dampak-dampak negatif di samping adanya dampak positif. 

Anggota Komisi I DPR RI, H. Anton Sukartono Surato, M.Si menyampaikan bahwa kita harus memanfaatkan serta bijak dalam menggunakan media digital. Masyarakat juga harus memahami dan mengimplementasikan 4 pilar literasi digital yakni digital skill, digital culture, digital ethics, dan digital safety. 

“Kita harus produktif dalam dunia digital. Tidak hanya produktif kita juga harus memahami etika dalam bermedia sosial. Salah satunya dengan bijak dalam menggunakan media digital yang nantinya dapat melawan serta mencegah perundungan dalam media sosial atau cyberbullying,” ucap Anton dalam Webinar Ngobrol Bareng Legislator: Identifikasi dan Antisipasi Perundungan Digital, Rabu (29/3).

Ruang digital merupakan ruang tanpa sekat. Harus cerdas dalam berdigital. Selain itu, dengan mewujudkan masyarakat berbudaya dan berliterasi dalam bermedia digital dapat mencegah perilaku-perilaku  negatif.

Selanjutnya, Akademisi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. Ismail Cawidu, M.Si menjelaskan bahwa internet dapat dimanfaatkan untuk hal yang positif dan adapula digunakan untuk hal yang negatif.  Terdapat berbagai jenis kejahatan cyber salah satunya adalah cyberbullying atau melakukan perundungan kepada orang lain. 

BSSN mencatat bahwa tahun 2021 ada 1,6 Milyar serangan ( cyber crime ), tahun 2022 Turun : 1 Milyar serangan ( 976.429.996 juta), paling tinggi adalah srangan malware 56%, dan kebocoran data 14,75 %  ( Bjorka, Trojan Activity). Tidak semua orang menggunakan internet untuk hal yang baik. Rata-rata pada Januari-November 2022 terdapat 39.586 kasus penipuan penggelapan digital. Yang mana rata-rata 3000 kasus per bulan dengan jumlah korban 31.000 orang.

“Bullying atau perundungan merupakan perilaku agresif yang disengaja dan dilakukan berulang oleh pelaku terhadap seseorang. Data perundungan sepanjang tahun 2021 setidaknya ada 17 kasus perundungan yang terjadi di berbagai jenjang di satuan Pendidikan. Data Tahun 2021 juga menunjukkan terdapat 440 anak laki-laki dan 326 anak perempuan sebagai pelaku bullying di sekolah,” ungkap Ismail.

Untuk mengetahui munculnya cyberbullying adalah kadang pergaulan di Sosmed menimbulkan perundungan, kadang susah membedakan jokes / lelucon dengan bullying, indikasi bullying biasanya dirasakan dengan sakit hati. Apabila ini terjadi terus menerus dan berulang, maka hal ini menunjukkan bullying.

Dampak yang diakibatkan karena bullying adalah secara mental dapat terganggu, secara emosional, secara fisik, memiliki perasaan ditertawakan bahkan dalam kasus ekstrim korban cyberbullying dapat mengakhiri nyawanya sendiri. 

"Sehingga, sikap kita terutama orang tua jika anak mengalami bullying adalah bantu untuk mencari solusi, berikan dukungan dan semangat,kumpulkan bukti untuk diproses kepada pihak yang berwenang, dan bangun kepercayaan pada anak,"bebernya.

Ismail juga berpesan terutama kepada para pendidik, agar menerapkan konsekuensi tertentu untuk membantu mereka belajar dari situasi ini. Konsekuensi yang diberikan harus berhubungan dengan kesalahan mereka, tetap menghormati anak sebagai pelaku, mengajarkan anak agar berperilaku lebih baik. 

"Anak harus memperbaiki kesalahannya dan arahkan untuk meminta maaf kepada anak yang di-bully, serta lakukan sesuatu yang baik padanya agar dia merasa lebih baik, membantunya menyelesaikan sesuatu yang sedang dia kerjakan, memperbaiki atau mengganti sesuatu yang mereka hancurkan atau curi,”pesannya.

Pegiat Budaya, Wulandari Sawitri Candra Wila, S.Psi., MM menyatakan bahwa perundungan semakin sering dilakukan maka hal tersebut dianggap umum atau lumrah. Ada beberapa alasan mengapa seseorang melakukan perundungan atau bullying yaitu merasa lebih kuat dan lebih berkuasa, karena ada orang yang takut pada dirinya. Merasa akan mendapat popularitas disekolah karenaditakuti oleh siswa lainnya. Mereka iri pada kelebihan target bullying merekaatau merasa terancam karena kehadiran seseorang Untuk menyalurkan amarah mereka kepada orang lain. 

Pelaku bullying bisa jadi melakukan hal itu karena mereka juga pernah mengalami hal yang sama di lingkungan lain. Kurangnya empati, biasanya mereka akan mencari pembenaran jika ditanyakan. kurangnya hati nurani adalah penyebab utamanya alih-alih alasan lain yang mereka coba buat.

“Dengan banyaknya kasus bullying yang ada kita harus sadar pentingnya untuk mencegah perundungan. Sehubungan dengan berbagai dampak negatif yang dapat timbul setelah seseorang menjadi korban perundungan. Sebab, efek yang timbul tidak hanya dirasakan oleh individu yang menjadi korban, namun juga pada komunitas di sekitarnya. Salah satu dampak yang cukup sering terjadi pada individu yang menjadi korban dari bullying adalah gangguan kesehatan mental, termasuk di antaranya depresi dan kecemasan. Selain itu, rasa sedih dan malu juga bisa memengaruhi kehidupan korban perundungan. Ironisnya, semakin sering bullyingterjadi, komunitas di sekitarnya kerap menganggapnya sebagai suatu hal yang umum dilakukan, dan semakin banyak orang akan meniru perilaku tersebut. Jika dibiarkan, hal ini dapat menjadi kebiasaan buruk di masyarakat,”ungkap Wulandari.

Bullying secara langsung atau tatap muka dan cyberbullying seringkali dapat terjadi secara bersamaan. Namun cyberbullying meninggalkan jejak digital – sebuah rekaman atau catatan yang dapat berguna dan memberikan bukti ketika membantu menghentikan perilaku salah ini.

Tips untuk menghidari cyberbullying yaitu pertama, tidak posting terlalu sering atau banyak Posting terlalu sering dan banyak bisa mengganggu orang lain sehingga dapat memancing adanya cyberbullying.  Kedua, tidak sembarang bercerita di sosial media

Ketiga, pintar-pintar memilih teman di sosial media. Keempat, hindari konten atau posting yang aneh karena apapun yang diunggah ke sosial media, pasti menimbulkan pro dan kontra oleh karena itu, sebagai pengguna sosial media sebaiknya batasi mengunggah konten yang mengganggu.

“Kita harus tahu bagaimana diri kita itu mampu. Harus percaya diri jangan mudah untuk ditindas. Kita harus mempercayai bahwa pikiran positif akan melahirkan tindakan positif, hati yang baik akan mencerminkan perilaku yang bijak,"pesan Wulandari di akhir webinar.

Editor : Ismail

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut