MEDAN, iNewsMedan.id - Globalisasi pada prinsipnya mengacu pada perkembangan- perkembangan yang cepat di dalam teknologi komunikasi, transformasi, informasi yang bisa membawa bagian-bagian dunia yang jauh menjadi hal-hal yang bisa dijangkau dengan mudah.
Dengan adanya globalisasi, Dunia praktis menjadi pasar dan komunitas yang terintegrasi, sehingga di muka bumi ini ada kecenderungan hanya ada satu pasar yaitu pasar dunia (world market), baik untuk barang- barang perdagangan (tradeables goods) maupun jasa (services).
Globalisasi dalam
ekonomi membawa banyak pengaruh di setiap aktivitas perekonomian seluruh dunia, membuat komoditas barang dan jasa di satu negara meningkat variasinya. Hal ini disebabkan karena banyaknya tawaran beragam barang dan jasa oleh banyak negara, sehingga variasinya pun menjadi lebih banyak di
pasar global.
Implikasi dari globalisasi dalam ekonomi ialah menumbuhkan kompetisi. Kompetisi adalah kata kunci dalam globalisasi. Ini meliputi kompetisi dalam menghadapi hukum rimba, yang kuat akan menang sedangkan yang lemah akan tergilas.
Penelitian yang dilakukan oleh Wasisto Raharjo Jati, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada dengan judul penelitian 'Memahami Globalisasi sebagai Evolusi Kapitalisme' dengan hasil penelitiannya yaitu Globalisasi menjadi wacana yang tidak bisa dihindari dan tidak terbantahkan oleh negara di dunia untuk mengadopsinya.
Globalisasi menciptakan adanya pemenang dan pecundang dalam arena keterbukaan ekonomi karena hanya pihak yang memiliki kapital besar yang menjadi pemenang, sementara yang kalah hanya menjadi penonton saja.
Oleh karena itu, dalam menghadapi kompetisi ini, China selalu berusaha mengembangkan produknya untuk dapat bersaing dalam pasar global. Namun terdapat satu hal yang unik dari China, yakni barang yang ditawarkan selalu memiliki harga yang murah. Umumnya, negara dengan ekonomi maju identik dengan barang yang mahal, tapi China justru menguasai pasar dunia berkat barangnya yang dijual dengan harga sangat murah.
Salah satu strategi yang dilakukan china untuk menjual produknya yaitu Dumping. Dumping adalah strategi nasional China dimana produsen pengekspor produk dengan harga yang berada di bawah pasar dalam negeri atau biaya produksi. Metode ini sebenarnya sangat tidak sehat dan mendapat banyak protes dari beberapa negara pengimpor.
Dengan mengirim barang yang murah, maka produsen barang sejenis di negara impor tentu akan mengalami kerusakan akibat kalah bersaing dari barang murah China. Jika sudah begini, maka permintaan impor akan lebih banyak sehingga China mendapatkan keuntungan yang jauh lebih besar dibandingkan kerugian yang mereka tanggung sebelumnya.
Hal ini sesuai dengan Penelitian yang dilakukan oleh Amanda Ayu Rizkia dan Suci Rahmawati dengan judul penelitian 'Faktor-faktor yang mempengaruhi anti monopoli dan persaiangan bisnis tidak sehat :
globalisasi ekonomi, persaingan usaha, dan pelaku usaha. (literature review etika)' dengan hasil penelitiannya, 1. Globalisasi Ekonomi (X1) berpengaruh terhadap Anti Monopoli dan Persaingan bisnis tidak sehat (Y), 2. Persaingan Usaha (X2) berpengaruh terhadap Anti Monopoli dan persaingan bisnis tidak sehat (Y), 3. Pelaku Usaha (X3) berpengaruh terhadap Anti Monopoli dan persaingan bisnis tidak sehat (Y).
Pesatnya pertumbuhan ekspor kapital China, menguatnya finansial kapital di China, Mengutip CNBC Indonesia, pada pembukaan perdagangan, Selasa (31/1/2023), bursa saham Shanghai melonjak 1,35% pasca libur Imlek 2023; aktivitas di sektor jasa di Februari berkembang dengan laju tercepat dalam enam bulan. serta dominasi praktik monopoli. Contohnya dalam Industri manufaktur andalan China di antaranya adalah telepon seluler, alat kesehatan, onderdil otomotif, komputer, air conditioner (AC), hingga sepatu dan pakaian.
China menjadi pemimpin dalam daftar negara manufaktur dikarenakan memiliki beberapa keunggulan, atau dalam sektor e-commerce dengan Alibaba sendirian yang menguasai 60% pasar; dan Sektor media sosial, Tiktok memiliki jumlah pengguna terbesar kedua di dunia.
Pada penelitian yang dilakukan oleh kartini muslimin, Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Ichsan Pohuwato Gorontalo dalam penelitiannya yang berjudul 'Kapitalisme di era pasar bebas dan realitas kondisi ekonomi kekinian' dan hasil penelitiannya menyatakan konsep kapitalisme melebar ke dalam berbagai varian. Dampaknya di era pasar bebas maka semakin memberikan peran yang cukup besar kepada kelompok kapitalis dengan ekspansi pasarnya.
Semua fakta ini kita hanya bisa menarik satu kesimpulan: bahwasanya China yang dikenal dengan konsisten terhadap ideologi sosialis-komunis kecuali pada aspek ekonominya. China berhasil mengepakkan kapitalisme ekonomi melalui produknya dan dapat menghasilkan keuntungan yang sangat besar, yaitu dengan melakukan dominasi perekonomian di negara lain.
Artikel ini ditulis oleh Iin Angeline Sinaga, Magister Ilmu Manajemen Universitas Sumatera Utara
Editor : Odi Siregar