Diakuinya, Keberhasilan tersebut akan jadi modal besar Sumut dalam pengendalian inflasi di tahun 2023. Apalagi, tantangan pengendalian inflasi di tahun 2023 akan lebih besar ketimbang inflasi 2022. Kalau di 2022 ada kebijakan kenaikan harga BBM yang sudah pasti memicu tekanan inflasi, maka itu di tahun 2023 inflasinya akan lebih berat, karena banyak variabel yang sulit diprediksikan akan membentuk inflasi nantinya.
Adapun beberapa variabel tersebut antara lain, dampak kenaikan harga pupuk yang bisa membuat produktifitas tanaman terganggu, termasuk juga penurunan alokasi pupuk bersubsidi. Selanjutnya adalah penurunan daya beli masyarakat, yang bisa membuat masyarakat lebih sensitif terhadap perubahan kenaikan harga sekecil apapun. Faktor cuaca (kering) yang diprediksi akan mengganggu harga selama semester pertama 2023.
"Ketidakpastian kondisi geopolitik global dimana sangat berpeluang memicu terjadinya gangguan pada sisi supply, yang bisa bermuara pada kenaikan harga bahan baku, bahan pangan maupun barang modal hingga harga energi. Kemungkinan pelemahan rupiah seiring dengan kebijakan kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS atau The FED," ujarnya.
Gunawan menambahkan, meskipun bukan tidak mungkin Sumut akan mampu mengulang prestasi serupa di tahun 2023, namun yang paling penting adalah bagaimana mengupayakan agar inflasi bisa tidak jauh dari angka 0 persen. Rersesi pada umumnya akan mendorong penurunan agregat, tetapi kenaikan biaya input produksi, perang dan cuaca sangat berpeluang untuk mendorong penurunan supply barang.
Editor : Odi Siregar