Di tengah kepanikannya, Neda memutuskan untuk memperbaiki selaput daranya.
Prosedur ini secara teknis tidak ilegal—namun dampak sosialnya berbahaya sehingga tiada rumah sakit yang setuju melakukannya.
Neda kemudian menemukan sebuah klinik swasta yang bersedia melakukannya secara diam-diam—dengan biaya besar.
"Saya menghabiskan semua tabungan saya. Saya menjual laptop, ponsel, dan perhiasan emas saya," paparnya.
Neda harus menandatangani dokumen yang menyatakan dirinya akan memikul tanggung jawab jika ada sesuatu yang salah.
Seorang bidan melakukan prosedur perbaikan tersebut yang berlangsung sekitar 40 menit.
Namun, Neda perlu waktu berminggu-minggu untuk pulih.
"Saya merasa sangat kesakitan sampai-sampai saya tidak bisa menggerakkan kaki," kenangnya.
Dia menyembunyikan kondisinya dari orang tuanya.
"Saya merasa sangat kesepian. Namun, kalau saya ingat-ingat, ketakutan bahwa orang tua mengetahui [saya tidak perawan] membuat saya bisa menahan sakit,” ujarnya.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta