4. Sri Sultan Hamengkubuwono IX
Sri Sultan Hamengkubuwono IX merupakan gubernur pertama DIY dan sempat menjabat sebagai wakil presiden Indonesia. Untuk memperjuangkan Indonesia, Sri SUltan Hamengkubuwono IX berperan dalam menjalin diplomasi dengan negara lain, khususnya Belanda.
Hubungan diplomatik dengan Kerajaan Belanda sebenarnya telah dilakukan dalam bentuk diplomasi yang dikenal dengan diplomasi budaya sejak zaman Hamengkubuwono VIII. Diplomasi ini menggunakan pendekatan budaya dengan Belanda dan dilakukan untuk menghadapi intervensi politik Belanda.
Perjuangan tersebut kemudian dilanjutkan di masa pemerintahan Hamengkubuwono IX. Tertulis dalam jurnal milik Rudi Hariyanto dkk yang berjudul “Peranan Sultan Hamengkubuwono IX dalam Menghadapi Agresi Militer Belanda I dan II,” Sri Sultan Hamengkubuwono IX merupakan sosok pemimpin yang penting dalam membangun hubungan antara pemerintah RI dengan Kerajaan Belanda pada saat pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda pada tahun 1949.
5. Mohammad Roem
Meskipun kiprahnya tidak terlalu menonjol seperti tokoh lainnya, Mohammad Roem juga merupakan tokoh penting perjuangan diplomasi Indonesia.
Banyak upaya diplomasi yang pernah dia lakukan, di antaranya menjadi ketua delegasi di perundingan Roem-Royen, anggota delegasi RI dalam perundingan Linggarjati, dan anggota delegasi RI dalam perundingan Renville.
Dalam perundingan-perundingan tersebut, Mohammad Roem selalu mengupayakan hak-hak Indonesia, termasuk menghimpun dukungan dari negara-negara lain atas kemerdekaan yang telah diproklamirkan Indonesia.
6. Sutan Sjahrir
Sutan Sjahrir merupakan tokoh yang memiliki kontribusi besar untuk keberhasilan perjuangan diplomasi Indonesia. Hal ini disebabkan oleh banyaknya upaya diplomasi yang berhasil dia lakukan sehingga menciptakan hubungan yang baik antara Indonesia dengan negara lainnya.
Keunikan dari diplomasi yang Sutan Sjahrir lakukan yaitu adanya pendekatan atas nilai-nilai humanisme dan demokratis dalam diplomasinya. Salah satu diplomasinya yang terkenal adalah diplomasi beras. Diplomasi ini dilakukan pada tahun 1946 dan bertujuan untuk membantu masyarakat India yang sedang mengalami kelaparan.
Selain meringankan permasalahan kelaparan di India, Indonesia memperoleh hasil lain dari diplomasi ini. Melalui diplomasi tersebut, Indonesia mendapatkan rasa simpati masyarakat India atas perjuangan kemerdekaan Indonesia.
7. Nara Masista Rakhmatia
Nara Masista Rakhmatia merupakan diplomat Indonesia yang berhasil mencuri perhatian dalam Sidang PBB di New York tahun 2016. Perempuan kelahiran Desember 1982 ini berhasil membungkam tudingan kepala negara di Kepulauan Pasifik terkait kondisi HAM di Papua dan Papua Barat.
Pada sidang tersebut, enam negara di Kepulauan Pasifik yang terdiri dari Kepulauan Marshall, Kepulauan Solomon, Nauru, Tonga, Tuvalu, dan Vanuatu secara blak-blakan menyatakan keprihatinan tentang pelanggaran hak asasi manusia (HAM) di Papua. Negara-negara itu menyerukan kebebasan bagi Papua Barat untuk menentukan nasibnya sendiri.
Mendapat serangan seperti itu, Nara tidak gentar. Dia bahkan mampu menjawabnya dengan tegas dan berani. Nara mengatakan kritik itu bermotif politik dan dirancang untuk mengalihkan perhatian dari masalah negara mereka sendiri.
8. Ainan Nuran
Tidak hanya Nara Masista Rakhmatia, Ainan Nuran juga turut memberi ‘pukulan’ kepada perwakilan Vanuatu dalam Sidang Umum PBB tahun 2017. Ainan Nuran merupakan perwakilan Indonesia yang membacakan hak jawab dalam sesi debat umum.
Ainan mengatakan sudah banyak hoaks dan dugaan keliru yang diedarkan oleh individu-individu yang termotivasi untuk melakukan aksi separatis di Papua dan Papua Barat.
Selain itu, Ainan juga mengatakan bahwa negara-negara yang proseparatis tidak mengerti atau bahkan menolak untuk mengerti tentang pembangunan di Papua dan Papua Barat. Setelah menyampaikan pendapatnya, Ainan pun menutup dengan peribahasa umum di Indonesia yang kemudian diterjemahkan ke bahasa Inggris.
Artikel ini telah terbit di halaman iNews.id dengan judul 8 Tokoh Diplomat Indonesia yang Diakui Dunia, Nomor 6 Terkenal dengan Diplomasi Beras
Editor : Odi Siregar