Nilai rupee Sri Lanka melemah menjadi 360 rupee per dolar Amerika. Hal ini membuat biaya impor menjadi lebih mahal.
Sri Lanka telah menangguhkan pembayaran pinjaman luar negeri bernilai sekitar tujuh miliar dolar yang jatuh tempo tahun ini, dari 25 miliar dolar yang harus dilunasi pada tahun 2026.
Sejauh ini India telah memberikan kredit empat miliar dolar. Delegasi India telah datang ke Kolombo bulan Juni lalu untuk membicarakan lebih banyak bantuan.
Tetapi Wickremesinghe memperingatkan agar negara itu tidak terlalu bergantung pada India.
“Sri Lanka menggantungkan harapan terakhir pada IMF,” demikian judul berita utama suratkabar Colombo Times.
Pemerintah memang sedang berunding dengan IMF untuk rencana menerima dana talangan, di mana Wickremesinghe mengatakan kesepakatan awal sedianya tercapai pada awal musim panas ini.
Sri Lanka juga telah meminta bantuan dari China. Beberapa negara, antara lain Amerika, Jepang dan Australia juga telah memberi dukungan beberapa ratus juta dolar.
Sebelumnya PBB juga meluncurkan seruan publik untuk memberikan bantuan pada Sri Lanka. Sejauh ini proyeksi pendanaan hampir tidak menyentuh enam miliar dolar, yang diperlukan negara itu untuk bertahan selama enam bulan ke depan.
Dalam wawancara dengan Associated Press, Wickremesinghe mengatakan sedang mempertimbangkan untuk membeli lebih banyak BBM dari Rusia dengan diskon yang lebih besar guna menutupi kekurangan BBM di dalam negeri.
Wickremesinghe yang menjabat Mei lalu, menekankan tugas monumental yang dihadapinya ketika membalikkan perekomian, yang menurutnya sedang menuju ke “titik terendah.”
Editor : Odi Siregar