get app
inews
Aa Read Next : BMPD Medan Run 2024 Siap Digelar pada 7 Juli, Ada Kategori 5 K dan 10 K

2022, Perekonomian RI Diproyeksi Tumbuh Hingga 5,3 Persen

Sabtu, 25 Juni 2022 | 15:07 WIB
header img
Pertumbuhan ekonomi diprediksi akan meningkat hingga 5 3 persen. (Foto: Jafar)

MEDAN, iNews.id - Bank Indonesia (BI) menuturkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2022 ini diperkirakan tetap berada dalam kisaran proyeksi sebesar 4,5 hingga 5,3 persen meskipun dihadapi dengan tantangan global yang semakin meningkat. 

Gubernur BI, Perry Warjiyo secara live streaming melalui Youtube mengatakan, perekonomian domestik diprediksi akan melanjutkan perbaikan positif seiring dengan peningkatan permintaan domestik di tengah tetap positifnya kinerja ekspor.

"Pertumbuhan ekonomi 2022 diprakirakan tetap berada dalam kisaran proyeksi pada 4,5-5,3 persen kendati dihadapkan oleh tantangan global yang semakin meningkat," katanya Jumat (24/6/22).

Perry menjelaskan, perkembangan itu tercermin dari sejumlah indikator dini pada Mei 2022 dan hasil survei Bank Indonesia terakhir yang menunjukkan berlanjutnya perbaikan permintaan domestik seperti keyakinan konsumen, penjualan eceran, dan ekspansi Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur, seiring dengan peningkatan mobilitas dan pembiayaan dari perbankan.

Tak hanya itu, kinerja ekspor juga tetap kuat, khususnya pada komoditas batu bara, besi baja, dan biji logam, di tengah risiko tertahannya permintaan akibat perlambatan perekonomian global. Secara spasial, kinerja positif ekspor terjadi di seluruh wilayah, terutama Kalimantan dan Sumatera,” jelasnya.

Lebih lanjut, perbaikan ekonomi juga tercermin pada kinerja beberapa sektor utama, seperti Industri Pengolahan, Perdagangan, dan Konstruksi yang terus membaik.

“Nantinya, akan ada , perbaikan perekonomian domestik terus berlanjut didukung oleh peningkatan mobilitas, sumber pembiayaan, dan aktivitas dunia usaha, di tengah tetap positifnya kinerja ekspor,” tuturnya.

Perry pun mengungkapkan, perekonomian global terus diwarnai dengan meningkatnya inflasi di tengah pertumbuhan yang diprakirakan lebih rendah dari proyeksi sebelumnya. Berlanjutnya ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina, yang disertai dengan pengenaan sanksi yang lebih luas dan kebijakan zero Covid-19 di Tiongkok, menahan perbaikan gangguan rantai pasokan.

Bahkan, gangguan dari sisi suplai tersebut disertai dengan meluasnya kebijakan proteksionisme terutama pangan oleh berbagai negara, mendorong tingginya harga komoditas global yang berdampak pada peningkatan tekanan inflasi global.

"Berbagai negara, termasuk Amerika Serikat (AS), merespons kenaikan inflasi tersebut dengan menempuh pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif sehingga berpotensi menahan pemulihan perekonomian global dan mendorong peningkatan risiko stagflasi," ujarnya.

Editor : Odi Siregar

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut