Baron menambahkan, PLTS yang dapat menyala selama delapan jam per hari ini sangat membantu pengungsi dan relawan. Keberadaannya vital, terutama untuk penerangan aktivitas di malam hari, sekaligus sebagai sarana untuk mengisi daya baterai telepon seluler sebagai sarana komunikasi utama.
Relawan Pertamina Peduli, M. Abassi Ali Bilhadj yang akrab disapa Billy, menyatakan rasa syukurnya atas kehadiran PLTS ini.
“Terharu sekali, di tengah penghematan pemanfaatan BBM untuk genset. Hadirnya PLTS ini sangat membantu pengungsi sehingga bisa melaksanakan aktivitas ibadah dan kegiatan membaca buku untuk anak-anak di malam hari dengan tenang. PLTS ini ibarat cahaya harapan di tenda pengungsian,“ kata Billy.
Hingga dua pekan pascabanjir bandang, akses menuju sebagian besar wilayah Aceh Tamiang masih terisolasi, sehingga bantuan sulit menjangkau warga. Tidak hanya makanan, listrik padam, dan air bersih pun juga sulit didapatkan.
Relawan Pertamina Peduli berupaya hadir di tengah kesulitan, tidak hanya dengan kelistrikan panel surya, tetapi juga memberikan pasokan Bahan Bakar Minyak (BBM), Liquefied Petroleum Gas (LPG), bantuan kesehatan, sanitasi dan air bersih, serta bantuan kebutuhan hidup lainnya.
Upaya ini sejalan dengan komitmen Pertamina sebagai perusahaan pemimpin di bidang transisi energi, dalam mendukung target Net Zero Emission (NZE) 2060 dan mendorong program yang berdampak langsung pada capaian Sustainable Development Goals (SDGs). Prinsip-prinsip Environmental, Social & Governance (ESG) diterapkan di seluruh lini bisnis dan operasi Pertamina.
Editor : Jafar Sembiring
Artikel Terkait
