Kesepakatan dengan Shell memperkuat posisi Indonesia sebagai basis utama produksi bioCNG dan BioLNG KIS Group. Dalam beberapa tahun terakhir, perusahaan ini gencar membangun pabrik biomethane skala besar di Sumatera Utara.
Salah satunya adalah pabrik BioCNG komersial pertama di Blangkahan, Langkat yang mulai beroperasi pada 2024. Pabrik ini memproduksi sekitar 15.500 meter kubik BioCNG per hari dengan memanfaatkan limbah cair kelapa sawit (palm oil mill effluent).
Tak berhenti di sana, pada 2025 KIS juga meresmikan pabrik BioCNG kedua di Torgamba, Labuhanbatu Selatan. Kapasitasnya mencapai 182.000 MMBtu per tahun, menjadikannya fasilitas BioCNG terbesar di Asia Tenggara.
Total, KIS menargetkan pembangunan 25 pabrik BioCNG di Sumatera Utara dengan nilai investasi sekitar Rp 1,6 triliun. Jika seluruhnya beroperasi, proyek ini diperkirakan mampu mengurangi emisi hingga 3,7 juta ton CO₂ per tahun sekaligus menghasilkan kredit karbon dalam jumlah signifikan.
Selain berkontribusi pada pengurangan emisi, proyek BioCNG dan BioLNG KIS Group di Indonesia juga membuka peluang ekonomi lokal. Limbah sawit yang selama ini berpotensi mencemari lingkungan kini diolah menjadi energi terbarukan yang bernilai jual.
Produk BioCNG dari pabrik KIS sudah digunakan oleh Unilever Oleochemical Indonesia untuk menggantikan bahan bakar fosil pada armada truk pengangkut, sehingga mendukung rantai pasok yang lebih hijau.
Editor : Ismail
Artikel Terkait