MEDAN, iNewsMedan.id - Dewan Pengurus Daerah (DPD) Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat (Perbarindo) Sumatera Utara baru saja merampungkan kunjungan studi banding ke Bangkok, Thailand, pada Jumat (25/7) lalu.
Kunjungan ini bertujuan untuk memperdalam pemahaman tentang transformasi digital perbankan, khususnya dalam inovasi pembiayaan bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
Sebanyak 26 peserta, yang terdiri dari komisaris, direksi, dan pejabat eksekutif dari 19 BPR di Sumatera Utara, berkesempatan mempelajari langsung praktik perbankan digital dari dua entitas terkemuka: KasikornBank (KBank) dan Kasikorn Line Co., Ltd. (LINE BK). Rombongan diterima langsung oleh Mr. Kittichart Potithat, First Vice President KBank, dan Mr. Tana Pothikamjorn, CEO LINE BK.
Dalam paparannya, Mr. Kittichart menjelaskan peran KBank sebagai salah satu dari tiga bank terbesar di Thailand. Bank yang berdiri sejak 1945 ini memiliki aset mencapai ฿4,25 triliun (hampir Rp2 kuadriliun) per Juni 2024. KBank juga memegang pangsa pasar yang signifikan di segmen UMKM, pinjaman personal, dan nano loan. KBank menekankan bahwa kunci keberhasilannya terletak pada layanan yang cepat, mudah diakses, dan digitalisasi produk. Pihak KBank juga membuka peluang kolaborasi dengan BPR di Indonesia melalui Bank Maspion Tbk, yang saham mayoritasnya diakuisisi KBank pada 2023.
Sementara itu, Mr. Tana Pothikamjorn memaparkan model bisnis LINE BK, sebuah platform social banking yang terintegrasi dengan aplikasi pesan populer, LINE. Keunggulan LINE BK adalah kemampuan menyetujui pinjaman mikro/nano dalam hitungan menit melalui analisis data dan verifikasi digital. Sistem ini menggunakan behavioral scoring yang unik, dengan variabel seperti kemauan (willingness) dan komitmen (commitment) untuk menilai kelayakan nasabah.
Setelah diskusi intensif, Perbarindo Sumut mencatat tujuh pelajaran penting yang relevan bagi BPR-BPRS di Sumatera Utara:
1. Digitalisasi end-to-end: Mempercepat proses kredit, meskipun menuntut investasi besar dalam teknologi informasi (TI) dan analisis data.
2. Pemanfaatan platform sosial: Efektif untuk menumbuhkan pasar ritel/mikro karena memberikan pengalaman pengguna yang familiar.
3. Behavioral scoring: Memberi keunggulan kompetitif dalam menilai nasabah mikro/nano yang mungkin tidak memiliki riwayat kredit tradisional.
4. Manajemen risiko digital: Tetap krusial dengan pemantauan kebijakan dan otomasi kolektibilitas untuk menjaga kualitas aset.
5. Penguatan SDM & roadmap TI: Fundamental untuk mempercepat transformasi internal dan adaptasi terhadap teknologi baru.
6. Kolaborasi bank–fintech: Mendorong inovasi dan ekspansi bisnis secara lebih efisien.
7. Dukungan pemerintah: Pemerintah Thailand memberikan dukungan kuat untuk pertumbuhan UMKM, yang menjadi salah satu faktor keberhasilan ekosistem perbankan di sana.
Sekretaris Perbarindo Sumut, Mery Sulianty Sitanggang, menjelaskan bahwa integrasi antara bank tradisional dan platform digital terbukti mampu mempercepat akses pembiayaan UMKM. Menurutnya, BPR-BPRS di Sumut akan menindaklanjuti studi banding ini dengan beberapa rekomendasi strategis, seperti pilot project terukur, penguatan SDM, dan penjajakan kemitraan strategis. Ia juga menyoroti pentingnya dukungan pemerintah, yang menurutnya menjadi pembelajaran berharga bagi Indonesia, khususnya dalam meningkatkan peran BPR sebagai penyedia pembiayaan UMKM.
Editor : Jafar Sembiring
Artikel Terkait