JAKARTA, iNews.id - Pengguna internet di Indonesia kian bertambah setiap tahunnya. Tentu, masyarakat juga harus bijak dalam menggunakan media sosial.
Anggota Komisi 1 DPR RI, H. Kresna Dewanta Phrosakh, S.H.,M.Sos. mengingatkan untuk berhati-hati dalam bermedia sosial, berita hoax di internet sangat mampu mengubah pandangan terhadap suatu informasi dan menjadi masalah di Negara Republik Indonesia.
“Kita berharap anak muda Indonesia dan pengguna internet lebih aware dan peka terhadap sumber berita yang bermunculan di internet. Verifikasi dahulu dan jangan asal sebar berita-berita yang ada di internet ini. Pada situasi ekonomi yang kurang menguntungkan seperti sekarang kita bisa menggunakan platform media sosial untuk hal-hal positif. Ingat kita punya UU ITE yang bisa dikenakan hukum jika kita asal sebar informasi di internet,” tuturnya.
Hal tersebut disampaikan Kresna dalam “Webinar Series: Ngobrol bareng Legislator” bertajuk Menjadi Netizen Pejuang Bersama Melawan Hoax yang menghadirkan juga Samuel A. Pangerapan, B. Sc selaku Dirjen Aptika Kemkominfo dan Fajar Nursahid selaku peneliti Lentera Institut.
Samuel berpandangan, pesatnya perkembangan teknologi yang semakin berpacu akibat pandemi Covid-19 telah mendorong masyarakat untuk berinteraksi dan melakukan berbagai aktivitas di ruang digital. Pengguna internet Indonesia mencapai lebih dari 200 juta dan akan meningkat setiap tahunnya.
Risiko seperti penipuan online, hoaks, cyber bullying, dan konten-konten negatif lainnya tak terelakkan. Oleh karena itu, penggunaan internet perlu dibarengi dengan literasi digital yang mumpuni agar masyarakat dapat memanfaatkannya dengan produktif, bijak, dan tepat guna.
“Saat ini indeks literasi digital Indonesia masih berada pada angka 3,49 dari skala 5, yang artinya masih dalam kategori sedang dan belum mencapai tahap yang lebih baik. Angka ini perlu terus kita tingkatkan sehingga menjadi tugas kita bersama untuk membekali masyarakat kita dengan kemampuan litrerasi digital,” jelas Samuel.
Fajar Nursahid juga mengingatkan bahwa kesenangan mengekspresikan diri melalui platform media sosial dapat mengubah kebiasaan seseorang dalam mengonsumsi informasi. Hal ini dapat dilihat lewat fenomena hoaks. Beragam jenis media sosial dan aplikasi chatting menjadi saluran paling subur dalam menyebarkan hoaks.
“Menjadi netizen bijak, ingat bahwa internet adalah belantara informasi yang tidak semua informasi mempunyai nilai informasi. Information is something reduces uncertainty. Informasi sama dengan mengurangi ketidakpastian,” imbuh Fajar.
Fajar menegaskan era digital perlu diimbangi dengan budaya untuk bersikap kritis yang mengedepankan fungsi nalar serta menimbang setiap konten menggunakan akal sehat sebagai anugerah tertinggi dari Tuhan. Literasi adalah kunci yang sangat penting: double check kredibilitas sumber dan menggunakan literatur untuk mendukung argumentasi.
Editor : Odi Siregar
Artikel Terkait