Kesalahan Sebagian Suami kepada Istri Kerap Meremehkannya, Islam Berpesan Ingat Selalu Kebaikannya

Vitrianda Hilba Siregar
Dalam Islam setiap individu dalam sebuah hubungan, termasuk pernikahan, suami atau istri pasti pernah melakukan kesalahan. Foto: Dok/Okezone

MEDAN, iNewsMedan.id -  Dalam Islam setiap individu dalam sebuah hubungan, termasuk pernikahan, pasti pernah melakukan kesalahan. Namun, kesalahan-kesalahan tertentu dalam pernikahan dapat berdampak signifikan pada keharmonisan rumah tangga.

Sebagai seorang suami, memahami kesalahan-kesalahan umum yang sering dilakukan dapat membantu memperbaiki hubungan dan menciptakan rumah tangga yang lebih bahagia.

Namun permasalahannya ada beberapa kesalahan sebagian suami kepada istri yakni suka meremehkan istri.

Dalam pesan yang dikirim Ustaz Dody Hardyanto Berkata Asy-Syaikh Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd حَفِظَهُ اللَّهُ dalam kitabnya "min Akhto'il azwaj" (hal.14-16) -dengan sedikit penyesuaian-:

"Sebagian suami sering meremehkan istrinya, di matanya sang istri tak ubahnya seonggok barang yang tak bernilai, dalam pandangannya istrinya tak lebih dari debu yang tak berharga yang diterbangkan angin.

Dia tak pernah menghiraukan ucapan istri, tidak mengajaknya bermusyawarah dan berdialog dalam urusan apapun. Apabila si istri mengajukan suatu pendapat maka ia mengabaikannya. Sebagai dalih atas sikap buruk ini, bahkan kerapkali dia berhujjah dengan hak kepemimpinannya sebagai kaum pria, dan juga bahwasanya wanita kurang secara akal dan agama.

Dan salah satu bentuk sikap meremehkan istri adalah menghina atau menyebutkan kekurangannya di hadapan anak-anaknya. Hinaan yang kerap kali terlontarkan adalah si istri tidak becus mengurus rumah tangga suami, anak-anak, lemah akal, dan tidak mengerti metode pendidikan.

Sikap meremehkan istri lainnya adalah dengan mencela keluarganya di hadapannya, baik itu kedua orang tuanya, ataukah saudaranya, pamannya, maupun kerabat yang lain. Si suami tak segan meremehkan dan mencela mereka karena kesalahan yang dilakukan oleh sebagian kerabatnya.

Bahkan tak segan memfitnah kerabat istrinya, dengan menuduh mereka melakukan sesuatu yang tidak pernah mereka lakukan, dan masih banyak contoh penghinaan yang lainnya sebagaimana akan dijelaskan nanti.

Dan perilaku ini adalah kesalahan besar, wanita adalah manusia yang dimuliakan, ia memiliki akal, pendapat, serta kedudukan. Tidak sedikit dari wanita-wanita yang cerdas yang lebih unggul dari kaum pria, mereka memiliki pendapat yang bijaksana, serta pola pemikiran yang lebih baik.

Dan tidak tersamarkan lagi bagi kita peran dari Ummu Salamah radhiallahu ta'ala anha dalam peristiwa hudaibiyah, yang mana ketika itu Rasulullah  bersabda kepada para sahabatnya;

قوموا فانحروا ثم احلقوا

((Berdirilah dan sembelihlah serta cukurlah rambut-rambut kalian)).
Namun di kala itu tak ada seorang sahabat pun yang berdiri, dan beliau memerintahkan itu sebanyak tiga kali. Kemudian ketika tidak ada seorangpun dari mereka yang berdiri, maka beliau menemui Ummu salam dan menceritakan hal tersebut kepada istrinya. Mendengarkan hal itu maka Ummu Salamah radhiyallahu anha berkata: ((wahai nabi Allah apakah engkau menginginkan itu? Keluarlah jangan berbicara sepatah kata pun kepada mereka, sembelihlah hadyu-mu panggil lah seorang yang mencukur untuk mencukur rambutmu)).

Maka beliau  pun melakukan hal tersebut, beliau menemui para sahabat tanpa berbicara dengan seorang pun dari mereka, lalu Beliau menyembelih hewan kurbannya, lalu memanggil tukang cukurnya untuk mencukur beliau. Maka menyaksikan hal tersebut para sahabat pun berdiri untuk menyembelih, mereka saling mencukur satu sama lain, bahkan sebagian mereka hampir saling membunuh sahabat yang lain dikarenakan saling berdesak-desakannya mereka berlomba-lomba untuk mencontohi Nabi.

Maka perhatikanlah kebijaksanaan yang ditunjukkan oleh Ummu Salamah radhiyallahu 'anha, dan perhatikanlah sikap Nabi shallallahu alaihi wasallam yang mengikuti nasehat/pendapat istrinya.

Maka suami yang berakal lagi berhati mulia akan selalu memperhatikan dan memuliakan istrinya, ia selalu meminta pendapatnya dalam beberapa urusan, baik itu menyangkut kehidupan secara umum maupun yang berkaitan dengan urusan rumah tangga secara khusus, misalnya tentang peralatan rumah tangga meskipun ia tidak mengharuskannya untuk mengikuti pendapat istrinya tersebut.

Maka kehormatan diri dan agama itu mengharuskan seorang suami untuk tidak mencela keluarga istrinya; dikarenakan itu akan menyakitinya, di samping itu pula konsekuensi dari memuliakan istri juga mengharuskan seorang suami untuk memuliakan keluarganya pula.

Hak istri yang paling ringan terhadap suami, Duhai para suami.. adalah engkau tidak mencela dan melupakan kebaikan dari keluarga istrimu. Mereka telah berbaik sangka kepadamu dan menitipkan belahan Hati mereka padamu, bukankah kebaikan itu harus dibalas dengan kebaikan pula? Mencela keluarga istri berarti mengingkari kebaikan dan mengingkari anugerah yang Allah berikan kepadamu.

Kalaupun terdapat aib ataupun kekurangan pada sebagian anggota keluarganya, maka semestinya engkau menasehati dan meluruskannya (dengan cara yang baik) bukan malah mencelanya."

Semoga bermanfaat. Barakallahu fiikum.

Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network