Sofyan Tan: Cegah Bullying di Sekolah Lewat Identifikasi dan Pemetaan Karakter Siswa

Ismail
Workshop Pendidikan Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan di Hotel Four Points, Medan, Senin (26/8). (Ist)

Sofyan Tan juga mengingatkan peran pencegahan tindakan kekerasan tidak bisa hanya menjadi beban sekolah. Faktor keluarga dan orangtua juga ikut bertanggung jawab. Karena itu dalam setiap pembagian rapor, setiap wali kelas wajib berkomunikasi satu-persatu dengan orang tua siswa.

Apalagi jika terkait dengan pencegahan kekerasan seksual di lingkungan sekolah. 

Sofyan Tan kembali mengutip teori psikoseksual dari Sigmund Freud dimana ada tahapan perkembangan pada anak terkait perkembangan seksualnya yakni fase oral, anal dan genetikal. Jika fase tersebut tidak selesai dilalui oleh anak, atau proses yang dilalui tidak tepat, maka akan ada potensi masalah yakni kelainan atau kekerasan seksual. 

“Jadi, potensi kekerasan di sekolah itu muncul karena tidak ada pencegahan sejak dini. Kita sering baru mengambil tindakan ketika kasus sudah terjadi,” ujarnya. 

Menurutnya, salah satu upaya untuk mencegah terjadi kekerasan di sekolah adalah dengan mengajarkan rasa respect atau menghargai setiap prestasi yang diperoleh siswa agar muncul kepercayaan diri. Untuk menumbuhkannya maka perlu ada banyak ekstrakulikuler di sekolah agar setiap siswa punya banyak pilihan dalam mengasah kemampuan dan kelebihannya. 

Hadir dalam acara Widyaprada Ahli Utama Kemendikbudristek Drs. Bernard Purba, M.Ak, narasumber PIC Kelompok Kerja Tata Kelola Pembinaan Peserta Didik, Direktorat SMP Kemendikbud Ristek Muhammad Hasan Catur, Kepala Sekolah SMP Swasta Sultan Iskandar Muda Dian Yusmida,SE,M.M, Ketua Satgas PPKS UNPRI Dr. Bayu Pratomo, S.S.T,M.P dan undangan peserta kepala sekolah dan guru di Kota Medan. 

Widyaprada Ahli Utama Kemendikbudristek Drs. Bernard Purba, M.Ak, mengatakan kekeraaan seksual, perundungan atau bullying telah menjadi peehatian serius di lingkungan satuan pendidikan. Karena dari data sejumlah lembaga yang punya perhatian dalam kasus tersebut telah merilis tingginya potensi kekerasan terjadi di lingkungan pendidikan.

“Ini membuat kita jadi miris. Tapi kita tak boleh menyerah. Kita akan terus berupaya sebagaimana acara yang kia gelar hari ini bekerjasama dengan Komisi X DPR RI dan Kemendikbudristek,” ujar Bernard.

Editor : Ismail

Sebelumnya

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network