JAKARTA -Eks Menteri Luar Negeri Indonesia, Hassan Wirajuda menyampaikan bahwa permintaan maaf yang dilontarkan Perdana Menteri (PM) Belanda, Mark Rutte terkesan tidak komprehensif dan juga penjelasannya sepotong-sepotong.
"Kalau mau tuntas permintaan maaf dan penjelasannya hendaknya tidak dilakukan sepotong-sepotong. Harus komprehensif, seperti yang dilakukan Jerman baru-baru ini," kata dia dalam diskusi bertema Menilik Kembali Hubungan Indonesia-Belanda 1945-1950 secara daring di Jakarta, Selasa (22/2).
Ia mengatakan bahwa Belanda sudah tiga kali meminta maaf kepada Indonesia. Permintaan maaf pertama dilakukan oleh Menteri Luar negeri Belanda Bernard Bot dalam kunjungannya ke Indonesia pada 15 Agustus 2006. Permintaan maaf itu disampaikan atas dasar penelitian politik dan moral, tetapi tidak atas dasar penelitian secara hukum.
Berikutnya, permintaan maaf disampaikan oleh Raja Belanda Willem Alexander. Raja Belanda tersebut meminta maaf atas kekerasan berlebihan oleh Belanda terhadap Indonesia di masa lalu, tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut.
Kemudian, permintaan maaf terakhir disampaikan Rutte pada Kamis (17/2). Rutte meminta maaf kepada Indonesia atas penggunaan kekerasan oleh militer Belanda selama masa Perang Kemerdekaan 1945-1949.
Editor : Odi Siregar