Ia juga membuat terobosan bahwa ke depan per seribu hektare lahan sawit, maka harus ada satu pabrik minyak makan merahnya. Terobosan ini dibuat agar BUMN bisa ikut mengintervensi ekonomi kita. Khususnya dalam kelangkaan minyak goreng. Karena seperti yang terjadi beberapa waktu lalu, Kementerian BUMN tidak bisa ikut terlibat.
"Dengan ini kita tetap melibatkan ekonomi rakyat yakni petani. Jangan petani dijadikan posisinya sebagai objek. Kalau kampanye selalu bilang petani. Udah jadi malah lupa. Ini yang kita mau keberlanjutannya," ujarnya.
Erick ingin memberikan kepercayaan kepada rakyat agar bisa mengelola sumber daya alamnya. "Untuk itulah terobosan per 1000 hektare ada pabrik minyak makan merah ini lahir. Lalu pendanaannya berkolaborasi dari kementerian koperasi dan pengusaha-pengusaha besar. Keuntungannya diambil untuk mendorong ekonomi rakyat. Kami dari BUMN bantu KUR dan bantu juga modal kerjanya. Bahkan kita dampingi supaya jangan sampai pabriknya tidak terawat," sebutnya.
Lebih lanjut, Direktur PT Perkebunan Nusantara 2, Irwan Perangin-angin dalam kesempatan itu menambahkan, pabrik minyak makan merah ini ditargetkan selesai pada akhir Februari 2023 nantinya.
Ia menambahkan, minyak makan merah ini mengandung lebih tinggi fitonutrien dalam bentuk vitamin E dan karoten. Selain itu juga komposisi asam lemak jenuh lebih rendah dibandingkan virgin palm oil (VPO). "Dan ini juga menghindarkan generasi kita stunting," pungkasnya.
Editor : Odi Siregar
Artikel Terkait