"Terlebih untuk jenis harga sayur-sayuran yang lompatan harganya hingga mencapai 3 kali lipat dari harga normal. Sementara itu, untuk harga rokok sebelumnya sudah mengalami kenaikan dan menyumbang inflasi di wilayah Sumut. Tetapi lagi-lagi harga rokok kembali memicu kenaikan inflasi di Desember 2022 kemarin. Laju tekanan inflasi sebesar itu telah membuat capaian inflasi Sumut sebesar 6,13 persen selama tahun 2022," ujar Gunawan.
Menurutnya, dengan capaian itu, maka Sumut justru merealisasikan inflasi yang masuk dalam skenario hitungan di saat harga BBM dinaikkan.
"Dimana kala itu saya memprediksikan inflasi Sumut setelah kenaikan harga BBM sekitar 30 persen akan membuat Sumut mengalami inflasi dalam rentang 5,7 persen hingga 6,4 persen hingga tutup tahun 2022," sambungnya.
Gunawan menambahkan, jadi Sumut benar-benar masuk dalam skenario hitungan inflasi terburuk berdasarkan hitungannya, padahal ia sempat optimis Sumut diakhir tahun akan merealisasikan inflasi di angka 5 persenZ Sebab, dampak inflasi dari kenaikan harga BBM sudah tak terlihat di bulan Oktober. Kalau berbicara komodiitas pangan yang mengalami kenaikan tajam, memang komoditas cabai naik tinggi selama Desember dibandingkan dengan harganya di bulan November. Harga cabai merah di bulan Desember saja mengalami kenaikan 10 ribu rupiah per kg.
Sementara untuk cabai rawit mengalami kenaikan hampir dua kali lipat dibandingkan dengan harga pada bulan November 2022. Selain itu, kenaikan tarif angkutan dalam kota, meskipun sumbangsihnya relatif kecil, namun hal tersebut sangat terkait dengan kebijakan walikota masing-masing terlebih Walikota Medan.
"Sepengetahuan saya, karena kebijakan subsidi tarif angkutan kota sempat tidak menyumbang inflasi besar. Namun kenaikan inflasi karena tarif angkutan di bulan desember, justru memunculkan spekulasi kemungkinan kebijakan pengenaan subsidi sudah berkahir," pungkasnya.
Editor : Odi Siregar
Artikel Terkait