MEDAN, iNewsMedan.id- Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara melakukan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) pada Palang Merah Remaja (PMR) di SMA Unggulan Al-Azhar Medan, Senin (24/10). Kegiatan PkM ini melibatkan pengurus dan anggota PMR SMA Al- Azhar sebanyak 110 siswa dari setiap perwakilan kelas.
PkM yang dibiayai LPPM USU ini adalah Pelatihan Bantuan Hidup Dasar dalam Kesiapsiagaan Bencana pada Palang Merah Remaja. Pemateri adalah Dosen Fakultas Keperawatan USU juga aktivis bencana yang telah malang melintang menjadi relawan bencana nasional, Dr Dudut Tanjung dan Ismayadi, M.Kes.
Kegiatan ini didampingi 7 orang mahasiswa S1/ Ners dan mahasiswa S2 Keperawatan dari semester akhir. Fakultas Keperawatan USU memang telah memiliki kurikulum dengan mata kuliah keperawatan bencana yang diajarkan di semester akhir.
Materi pelatihan meliputi: resusitasi jantung paru, balut bidai dan evakuasi korban yang sangat dibutuhkan saat memberikan pertolongan pada korban bencana. Kegiatan ini juga didukung PSC 119 dari Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Medan.
Bahkan, untuk keperluan simulasi, PSC 119 membantu menyediakan ambulance. Petugas PSC 119, Dewi Lindayani, S.Kep., Ns dan Panca Tanjung, S.Kep., Ns turut memberikan materi evakuasi korban dengan menggunakan tandu.
Kegiatan evakuasi korban merupakan aktivitas yang sering dilakukan PMR di sekolah sehingga topik ini sangat relevan diberikan oleh petugas PSC 119 Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Medan ini.
Sebagai Ketua PkM, Dr. Dudut Tanjung memaparkan bahwa pengabdian kepada PMR bertujuan untuk memberikan pembekalan pengetahuan dan keterampilan kepada siswa SMU Al Azhar dalam melakukan pertolongan pertama pada korban bencana.
"Pelatihan bantuan hidup dasar merupakan upaya kesiapsiagaan siswa saat menghadapi bencana yang dapat terjadi dimana dan kapan saja. Kita tidak dapat menduga bencana bisa saja hadir di lingkungan terdekat, bahkan bisa terjadi di sekolah, oleh karena itu PMR diharapkan menjadi petugas kemanusiaan garda terdepan yang berada di lingkungan terdekat yang bertugas untuk membantu korban bencana," ucap Dudut.
Lanjut Dudut, pertolongan pertama pada korban bencana dapat dilakukan PMR yang sudah terlatih untuk mengurangi angka kematian maupun angka kecacatan akibat dampak bencana.
Pelatihan ini menarik minat peserta didik karena menggunakan metode praktik dengan dilengkapi peralatan standar laboratorium keperawatan sehingga memungkinkan siswa untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan saat menolong korban bencana.
Resusitasi jantung paru dikenalkan dengan tiga tahapan yang sesuai dengan standar internasional yaitu “Triple C”, check response, call 119, dan chest compression.
Hal ini membuat RJP sangat mudah didemostrasikan setiap siswa saat pelatihan.
"Pelatihan RJP hanya memerlukan waktu 5 menit dilakukan pada manikin akan tetapi bisa memungkinkan peserta didik dapat menyelamatkan korban henti jantung yang terancam nyawanya saat bencana," terangnya.
Dalam penyampaian materi, Dr. Dudut Tanjung menegaskan bahwa di luar negeri pelatihan resusitasi seperti ini bahkan telah diperkenalkan pada siswa sekolah dasar. Hal ini sangat beralasan karena pertolongan korban yang mengalami henti jantung waktunya sangat terbatas, yaitu hanya sekitar 10 menit, sehingga tidak sempat untuk membawa korban terlebih dahulu ke rumah sakit atau puskesmas terdekat.
"Orang yang mengalami henti jantung dapat diselamatkan nyawanya jika ada masyarakat sekitar yang bisa menolong melakukan pijat jantung dengan segera sambil menunggu pertolongan dari tenaga kesehatan yang tiba di lokasi kejadian," urainya.
Di luar negeri pertolongan dari orang sekitar untuk melakukan pijat jantung pada korban henti jantung disebut istilahnya Bystander CPR. Kompresi dada dilakukan dengan kedalaman 5-6cm, kecepatan 100-120 kali permenit.
Fakultas Keperawatan USU Latih PMR SMA Al Azhar Medan Beri Pertolongan Pertama pada Korban Bencana (Foto: istimewa)
Topik pelatihan yang menarik lainnya adalah melakukan pertolongan pertama pada patah tulang dengan cara memasang balutan dan melakukan pembidaian.
Materi ini dibawakan oleh Ismayadi, S.Kep., Ns., M. Kes. Setiap bencana sering menimbulkan korban massal dengan kasus yang paling banyak adalah patah tulang.
Saat pelatihan, kordinator mata kuliah bencana ini menyampaikan bahwa untuk menolong setiap pasien yang mengalami cedera maka yang menjadi prioritas adalah menghentikan setiap perdarahan yang terjadi.
Kehilangan darah yang cukup signifikan dapat dengan cepat menimbulkan penurunan kesadaran bahkan bisa menyebabkan kematian.
"Untuk menghentikan perdarahan, caranya sangat mudah, yaitu melakukan penekanan pada area yang mengalami perdarahan dengan menggunakan kain bersih kemudian menunggu dalam beberapa saat hingga perdarahan berhenti, jika perdarahan belum berhenti dapat dilakukan dengan mengikat di atas area luka dengan memperhatikan area tubuh dibawahnya tidak membiru karena kekurangan pasokan darah," terangnya.
Pembina PMR SMU Al- Azhar Medan menyambut baik kegiatan pelatihan ini karena metode pelatihan yang berbasis praktik dan simulasi kasus membuat siswa menjadi lebih mudah mempelajari bantuan hidup dasar yang dibutuhkan untuk menyelamatkan nyawa seseorang saat terjadi bencana.
Selain itu, Pembina PMR berharap Fakultas Keperawatan dapat melakukan pelatihan ini secara berkesinambungan di masa yang akan datang karena materi yang disampaikan dibutuhkan untuk menempa pengurus dan anggota PMR melakukan tugas kemanusiaan terutama saat terjadi bencana.
Ketua PkM, Dr. Dudut Tanjung, berharap dengan adanya pelatihan ini akan menambah pengetahuan dan keterampilan yang dapat digunakan di rumah, sekolah bahkan di masyarakat.
"PMR dapat pula mengajarkan ilmu yang diperoleh kepada siswa yang lain terkait bantuan hidup dasar dalam kesiapsiagaan bencana," pungkasnya.
Editor : Ismail
Artikel Terkait