Harga Cabai dan Sayuran Turun Tajam, Nilai Tukar Petani Sumut Anjlok

Isnaini Kharisma
Harga cabai dan sayuran turun tajam, nilai tukar petani Sumut anjlok. (Foto: Isnaini Kharisma/iNewsMedan).

MEDAN, iNewsMedan.id - Nilai tukar petani atau NTP tentang daya beli petani di Sumatera Utara mengalami kenaikan. Pasalnya, berdasarkan indeksnya ada di angka 119,33 untuk semua jenis petani yang ada di Sumut.

Bahkan, angkanya juga membaik dibandingkan dengan bulan Agustus yang sebesar 117.80. Namun, untuk tanaman hortikultura dimana didalamya termasuk sayur sayuran, buah buahan dan tanaman obat indeksnya mengalami penurunan yang sangat tajam.

Pengamat Ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin mengatakan, dalam 4 bulan terakhir kinerja indeks nilai tukar petani tanaman hortikultura di Sumut bergerak mulai dari 100.79 (Juni), 101.22 (Juli), 97.34 (Agustus) dan 93.62 (September). Angkanya menurun setelah bulan Juli. Sementara itu mengacu kepada PIHPS, harga cabai merah di Sumut setiap akhir bulan, dan dalam 4 bulan terakhir (Juni sampai September) bergerak dikisaran harga Rp88.000, Rp84.000, Rp89.000 dan Rp40.000.

"Sementara cabai rawit bergerak mulai Rp69.000, Rp59.000,Rp45.000 dan Rp41.000 (Juni ke September). Harga bawang merah dari bulan Juni ke September juga sama mengalami penurunan. Dari Rp58.000, Rp49.000, Rp34.000 dan Rp37.000 per kilogram. Disisi yang lain harga sejumlah sayur sayuran maupun tanaman lainnya juga mengalami penurunan belakangan ini," katanya di Medan, Selasa (4/10/2022).

Gunawan menjelaskan, penurunan tersebut dipicu dari tingginya intensitas hujan yang menyebabkan harga jual sayuran mengalami penurunan. "Untuk jenis sayuran tertentu seperti kol dan kentang, harganya memang masih relatif terjaga seiring dengan komoditas tersebut masih menjadi komoditas tujuan ekspor ke sejumlah Negara seperti Jepang, Taiwan, Singapura, China hingga Vietnam," jelasnya. 

Di sisi lain, pemicu melemahnya nilai tukar petani sub tanaman hortikultura dikarenakan tingginya pengeluaran petani seiring dengan peningatan biaya hidup yang dipicu oleh inflasi. Terlebih harga BBM non subsidi mengalami kenaikan sebelumnya. Hal ini terlihat dari indeks harga yang harus di bayar petani mengalami kenaikan 1.19 persen di bulan September, sementara indeks harga yang diterima petani hortikultura turun 2.7 persen akibat harga jual produk tanaman petani turun harga.

"Ke depan, nilai tukar petani Sumut berpeluang untuk turun di bulan Oktober ini. Sejauh ini penopang kenaikan indeks masih didominasi oleh petani perkebunan. Pada Oktober ini harga CPO anjlok cukup dalam dikisaran 3.400-an ringgit per ton. Melemah dalam sebulan terakhir, yang berarti ada potensi penurunan harga TBS di tingkat petani, yang akan bermuara pada penurunan nilai tukar petani Sumut nantinya," pungkas Gunawan.

Lebih lanjut, Salah satu pedagang di Pasar Halat Medan, Emy menambahkan, untuk harga jual cabai dan sayuran memang mengalami penurunan sejak September lalu. Hal itu disebabkan, pasokan barang melimpah dan panen raya dari petani.

"Pasokan barang setiap hari cukup memenuhi permintaan dari pembeli. Per hari kami bisa menyediakan stok hingga 100 kilogram dan permintaan dari masyarakat juga sudah meningkat kembali," tandasnya. 

Editor : Jafar Sembiring

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network