"Sebagai dampak spillover eksternal dan domestik, di tengah percepatan pemulihan ekonomi dan normalisasi permintaan masyarakat, inflasi Sumut pada tahun 2022 diprakirakan lebih tinggi dari 2021 serta berpotensi berada di atas batas sasaran inflasi nasional 3±1 persen," ungkap Doddy.
Meski demikian, terdapat faktor-faktor pendorong dan penahan inflasi yang dapat dicermati dan diantisipasi sebagai langkah pengendalian inflasi.
Doddy menuturkan, adapun faktor pendorong Inflasi Sumut tahun 2022 antara lain, konflik geopolitik Rusia – Ukraina yang berlanjut dan kembali mendorong kenaikan harga energi & pangan dunia, memperpanjang restriksi ekspor pupuk & pangan beberapa negara produsen sehingga meningkatkan tekanan inflasi global.
Selain itu, kenaikan tarif cukai rokok, PPN, BBM dan LPG non subsidi, dan tarif listrik oleh Pemerintah. Ditambah dengan terus meningkatnya harga angkutan udara sebagai dampak pelonggaran restriksi mobilitas, serta potensi bencana hidrometeorologi dengan intensitas curah hujan tinggi yang dapat mengganggu produksi dan distribusi komoditas pangan.
Sedangkan faktor penahan Inflasi Sumut tahun 2022 antara lain koordinasi program pengendalian inflasi TPID Sumut untuk menjaga ketersediaan pasokan dan urban farming. Optimalisasi penggunaan pupuk organik, serta Implementasi Digital & Integrated Farming. Perbaikan pola tanam dan pemetaan siklus tanam terutama di daerah produsen pangan. Optimalisasi peran BUMDes sebagai offtaker produk dari petani dan program-program lainnya.
Editor : Jafar Sembiring
Artikel Terkait