MEDAN, iNewsMedan.id- Pendiri Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda (YPSIM) Dr Sofyan Tan mengaku sempat ingin menjual sekolah yang didirikannya sejak 35 tahun silam . Cerita ini langsung disampaikan anggota DPR RI itu saat merayakan HUT ke 35 YPSIM, Kamis (25/8).
Hadir dalam perayaan HUT ke 35 YPSIM itu Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Menristek) Nadiem Anwar Makarim.
Awalnya, Sofyan Tan bercerita perjalanan YPSIM sejak didirikan pada Tahun 1987. Anggota Komisi X DPR RI itu menceritakan awal mulanya membangun YPSIM untuk membantu warga kesulitan mendapatkan pendidikan.
“Saya berasal dari keluarga yang susah, ayah saya seorang penjahit dan kami hidup dalam kemiskinan. Dari situ saya berniat untuk membangun sebuah sekolah agar orang-orang yang mengalami nasib seperti saya dulu tetap bisa bersekolah,” ucap Sofyan Tana.
Untuk membangun sekolah tersebut, Sofyan Tan melakukan berbagai upaya termasuk salah satunya dengan mengajukan pinjaman ke salah satu bank. Pengajuannya diterima sehingga ia dapat membangun bangunan sekolah dan mulai menerima murid baru.
Namun dalam perjalanannya, Sofyan Tan mengaku sekolah yang dibangunnya untuk kalangan warga miskin yang sebelumnya tidak memiliki biaya untuk pendidikan tersebut akhirnya mulai menemui masalah. Masalah tersebut yakni ketidakmampuan sekolah untuk membayar cicilan ke perbankan.
Dia akhirnya berniat untuk menjual sekolah tersebut dan membiarkan impiannya untuk membantu warga miskin mendapatkan pendidikan berakhir begitu saja.
“Namun saya beruntung bertemu dengan sosok seperti bapak Sarwono Kusumaatmaja (Menteri Kelautan dan Perikanan pada Kabinet Persatuan Nasional) yang banyak membantu. Dia bilang, saya bodoh kalau menjual sekolah ini. Berkat bantuan beliau sekolah ini bisa mendapatkan keistimewaan yakni tidak perlu membayar bunga bank yang tinggi, dan hanya membayar pinjaman dengan waktu yang tidak ditentukan,” sebutnya.
Mendapat keringanan tersebut, Sofyan Tan mengaku sangat bersemangat dan melanjutkan impiannya untuk menjadikan YPSIM menjadi sekolah yang akan menjembatani pendidikan bagi warga miskin.
Tidak hanya itu, pengalamannya yang mendapat kesusahan akibat berbagai bentuk diskriminasi pada zaman dahulu juga memotivasinya untuk menjadikan sekolahnya menjadi tempat yang ramah bagi siapa saja tanpa mempermasalahkan latar belakang suku, agama, ras dan perbedaan lainnya.
“Sekolah ini harus menjadi wadah untuk memotivasi dan memberi pemahaman mengenai pentingnya rasa saling menghormati dan pentingnya wawasan kebangsaan diatas semua perbedaan yang ada,” pungkasnya.
Editor : Ismail
Artikel Terkait