"Opsi atau pilihan harus diambil oleh Kapolri dan Timsus untuk mengembalikan kepercayaan publik. Beberapa orang yang diperiksa dalam kematian Brigadir J belum tentu pelaku utama. Pelaku utama baru orang-orang yang menyertai dan membantu belum kepada orang yang memiliki konflik kepentingan dengan Brigadir J. Jangan kemudian ada terhukum pidana namun kepada perwira yang terlibat hanya dikenakan sanksi etik," jelasnya.
Kenapa pengungkapan secara utuh kematian Brigadir J begitu penting ? Karena, sambung Sahat, Polri adalah institusi yang berada ditengah-tengah masyarakat selama 24 jam. Sebagai pelayan masyarakat, penjaga Kamtibmas sekaligus penegak hukum, personil Polri ada ditengah - tengah masyarakat 24 jam penuh setiap hari.
"Apa jadinya kalau masyarakat tidak mempercayai personil Polri yang betul-betul bekerja, mengabdi dan jadi penegak hukum sejati. Kasihan personil Bhabinkamtibmas di Polsek-Polsek yang jadi pengajar anak-anak putus sekolah, membantu warga yang kesulitan menjadi terdampak kepercayaan publik," ungkapnya.
Perhimpunan Pergerakan 98, kata Sahat, berkepentingan menjaga Polri karena pemisahan Polri dari ABRI agar profesional sebagai penegak hukum dan tidak diintervensi kekuatan politik manapun adalah salah satu usulan para aktivis mahasiswa saat gerakan reformasi 1998.
"Kami akan menjaga Polri agar profesional dan tidak diintervensi kepentingan politik dan menjaga jarak dengan kepentingan politik manapun," tandas Sahat.
Editor : Jafar Sembiring
Artikel Terkait