Namun karena harus berpindah tempat berjualan, penghasilan Bustaman menurun drastis. Ia pun putar otak untuk menjajaki profesi lain, yakni berjualan makanan khas Padang di atas lahan yang disewanya sebesar Rp3.000 bersama sang istri di kawasan Benhil, Jakarta Pusat.
Tak langsung sukses, Bustaman juga pernah memiliki pengalaman buruk, di mana penghasilannya dari berjualan pernah dijarah oleh karyawannya saat itu.
Warungnya juga pernah terbakar dan ia sempat merasakan diusir oleh Satpol PP saat masih berjualan dengan gerobak.
Tak berhenti di situ, Bustaman harus berurusan dengan keluarganya yang saat itu mencoba mengusik usahanya dengan merebut warungnya.
Namun berkat kerja keras dan konsistensi, ia akhirnya mampu membesarkan rumah makan Padang yang ia dirikan. Selang 6 tahun setelah didirikan, Bustaman mampu membuka cabang kedua dari warung makannya di daerah Rawamangun.
Nama ‘Sederhana’ disematkan sebagai nama rumah makan miliknya karena kata tersebut termasuk kata yang mudah diingat oleh banyak orang dan begitu menggambarkan kondisi rumah makannya saat itu.
Beberapa tahun kemudian, ia bahkan berhasil mendirikan perusahaan yang menaungi sejumlah restoran Padang yang ia kelola. Saat ini, Rumah Makan Padang Sederhana telah memiliki sekitar 200 gerai dan 3.000 karyawan yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia.
Tak berhenti di situ, Rumah Makan Padang Sederhana juga berekspansi ke mancanegara dengan membuka gerai di Malaysia. Menjadi restoran dengan jumlah kunjungan yang sangat tinggi, nama Rumah Makan Padang Sederhana kini banyak ditiru oleh kompetitor hingga menimbulkan sejumlah sengketa.
Meskipun begitu, Mahkamah Agung telah menetapkan kepemilikan nama Warung Makan Padang Sederhana menjadi milik Bustaman pada 2014. Beberapa dekade berdiri, Warung Makan Padang Sederhana telah berinovasi dengan 40-50 jenis menu masakan khas Padang.
Bustaman dan sang istri juga masih ikut memantau kualitas hidangan meskipun kini perusahaan telah dikelola oleh anak-anak mereka.
Editor : Odi Siregar
Artikel Terkait