MADINA, iNews.id - Lokasi wisata selalu ramai dikunjungi masyarakat saat libur lebaran. Salah satunya objek wisata Legenda Sampuraga yang berada di Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Sumatera Utara. Di sana, wisatawan dapat merebus telur bagai memancing ikan.
Di objek wisata Sampuraga ini juga banyak penjual telur yang menjajakan dagangannya.
"Telur mentahnya beli disebelah kolam air panas Sampuraga, ibu si penjual sudah menyediakan kayu bagaikan jiran lalu telurnya dibungkus didalam kantongan pelastik lalu diikat di ujung kayunya biar gampang menclupkan ke airpanas itu," kata pengunjug, Marlina Hasibuan (33).
Selain melihat dan menikmati peninggalan sejarah Kerajaan Si Sampuraga yang ditelan bumi, dalam kesempatan pengunjung ke lokasi legenda wisata Sampuraga banyak warga berebutan untuk merebus telur, pisang dan jagung lalu mencicipi hasil rebusannya.
Namun yang paling diminati para pengunjung yakni merebus telur. Para penjual telur mentahpun sampai kewalahan menghadapi para pembeli di lokasi wisata itu.
"Alhamdulillah setelah covid tidak ada lagi wisata ini bisa dibuka dan sudah 3 hari ini pengunjung selalu ramai dan dagangan telur mentah untuk direbus para pengunjung laris manislah dan kayu untuk mereburnya kita siapkan," ucap penjual telur, Sahrani (40).
Dikutip dari laman resmi Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal, cerita Sampuraga dan ibunya ini terjadi di tempat yang bernama Padang Bolak. Seorang janda tua hidup bersama anak bernama Sampuraga dalam kondisi yang miskin.
Sampuraga yang hanya bekerja mencari kayu bakar dan tinggal di gubuk yang kumuh kemudian memiliki niat untuk mengubah hidupnya. Dia kemudian memohon izin kepada ibunya yang sudah tua untuk pergi merantau demi bisa mengubah nasib keluarganya.
Mendengar niat anak semata wayangnya, sang ibu akhirnya dengan berat hati memberi izin kepada anaknya yang bernama Sampuraga. Setelah mendapat restu, Sampuraga pergi dengan berlinang air mata sembari berjanji apabila berhasil maka dia akan membantu keadaan sang ibu.
Perjalanan Sampuraga ternyata tidak mudah dan melelahkan. Dia sempat melewati daerah Pidelhi yang sekarang bernama Pidoli dan berdiam di sana beberapa waktu.
Setelahnya, dia melanjutkan perjalanan ke sebuah desa yang bernama Sirambas. Saat itu Desa Sirambas dipimpin seorang raja bernama Silanjang dengan nama Kerajaan Silancang.
Di Sirambas, Sampuraga bekerja keras hingga usahanya berhasil dan dia menjadi salah satu orang yang terpandang. Melihat hal itu sang raja memiliki niat untuk menjodohkan Sampuraga dengan putri kesayangannya.
Sampuraga sangat senang dengan kabar tersebut dan akhirnya resmi meminang putri Raja Silanjang. Pernikahan itu pun dihelat dengan meriah dan kabarnya tersebar ke penjuru wilayah hingga ke telinga sang ibu.
Ibu Sampuraga yang tidak percaya anaknya bisa meminang putri raja bergegas datang ke Silancang. Namun hal yang terjadi tak seindah yang diharapkan karena Sampuraga justru tidak mengakui keberadaan sang ibu.
Sampuraga terlalu malu dengan keluarga sang istri karena melihat ibunya yang renta hadir dengan kondisi memprihatinkan, miskin dan kurus. Seketika Sampuraga mengusir sang ibu, sambil berkata kepada semua orang bahwa ibu kandungnya telah meninggal dunia.
Ibu Sampuraga pergi dengan rasa sedih dan sakit hati atas perlakuan anaknya, sembari berdoa kepada Tuhan. Tiba-tiba turun hujan lebat dan semburan air panas dari bawah tanah yang membuat tempat tersebut terendam banjir dan semua orang di pesta tersebut meninggal dunia karena tenggelam.
Tempat Sampuraga tenggelam pun seketika berubah menjadi kolam air panas. Sementara batu-batu di sekitar kolam air panas itu disebut memiliki bentuk seperti acara pernikahan Sampuraga yang ikut terkena kutukan.
Lokasi kerajaan yang tergenang banjir itu kini sudah dijadikan lokasi wisata. Setiap orang yang berkunjung kesana pasti menjadikannsuatu nasehat kepada anak-anak mereka bagi yang sudah berkeluarga.
Editor : Jafar Sembiring