Mengolah Sunyi Jadi Narasi Kuat: Pesta Literasi Indonesia di Medan Angkat Isu Kesepian dan Koneksi
Senada, Ika Natassa menambahkan, "Kesepian itu nyata, tapi bukan sesuatu yang harus dihindari. Justru dari pengalaman-pengalaman itu, kita bisa menulis sesuatu yang lebih jujur," tambahnya.
Diskusi ini berhasil membuka kesadaran bahwa fenomena kesepian dapat diolah menjadi narasi yang kuat dan bermakna.
Setelah diskusi mendalam, suasana bergeser menjadi lebih intim melalui penampilan musik dari Elisa Nauli, yang memperkuat jembatan emosional antara manusia, jarak, dan koneksi tema besar yang diusung hari itu.
Acara juga diwarnai dengan kegiatan kreatif, di antaranya Lokakarya Cat Air yang dipandu oleh Emte. Ilustrator ternama tersebut mengajak peserta untuk menjelajahi sisi personal dalam seni rupa, menjadikan cat air sebagai media ekspresif untuk pengalaman batin.
Antusiasme publik juga terlihat pada bazar buku Semesta Buku. Melalui bazar ini, masyarakat dapat mengakses berbagai judul buku, mulai dari fiksi hingga ilustrasi, dengan penawaran diskon menggiurkan hingga 70% dan harga mulai dari Rp5.000. Bazar ini menjadi ajakan terbuka untuk menjadikan membaca sebagai gaya hidup.
Amie Puspahadi, Ketua Pesta Literasi Indonesia 2025, menegaskan kembali esensi acara ini. "Literasi bukan hanya tentang membaca buku, tapi juga tentang membangun ruang dialog dan kepekaan terhadap pengalaman bersama. Pesta Literasi Indonesia adalah upaya merayakan keberagaman narasi, dari Medan untuk Indonesia," tegasnya.
Editor : Jafar Sembiring