Pemilihan Rektor USU: Tanggung Jawab Sejarah dan Tantangan Global
Oleh: Prof. Dr. Ir. Rosmayati, MS, Ketua Dewan Guru Besar Universitas Sumatera Utara
iNewsMedan.id- Universitas adalah rumah ilmu, benteng moral, sekaligus penopang peradaban. Di dalamnya, ilmu pengetahuan tidak sekadar diajarkan, tetapi juga diciptakan dan diwariskan. Universitas Sumatera Utara (USU) sebagai salah satu perguruan tinggi negeri besar di Indonesia, memiliki tanggung jawab bukan hanya mencetak sarjana, melainkan juga melahirkan pemikir, peneliti, dan pemimpin yang dapat memberi jawaban bagi persoalan bangsa.
Setiap pergantian rektor adalah momentum sejarah. Bukan sekadar rutinitas administratif, melainkan titik krusial yang akan menentukan arah perjalanan universitas dalam lima tahun mendatang. Pada 24 September mendatang, para calon akan tampil dalam forum audisi, menyampaikan visi dan gagasan. Sehari kemudian, Senat Akademik akan menyeleksi hingga tiga nama, dan akhirnya pada 2 Oktober, Majelis Wali Amanat akan menentukan sosok yang dipercaya memimpin USU.
Proses ini akan menjadi sorotan. Masyarakat akademik dan publik menunggu, bukan hanya siapa yang terpilih, melainkan bagaimana proses itu berlangsung. Transparansi, keteduhan, dan integritas harus menjadi pijakan utama. Sebab universitas besar diukur bukan saja dari prestasi akademiknya, tetapi juga dari kedewasaannya mengelola dinamika internal.
Rektor bukan sekadar manajer kampus. Ia adalah wajah universitas. Pemimpin yang harus mengarahkan perjalanan USU di tengah kompetisi global pendidikan tinggi. Saat ini, perguruan tinggi di seluruh dunia tengah bergerak cepat menghadapi revolusi teknologi digital, internasionalisasi riset, dan tuntutan masyarakat akan relevansi ilmu.
USU tidak boleh berjalan lamban. Universitas ini dituntut memperkuat kualitas riset, meningkatkan publikasi internasional, memperluas kolaborasi global, serta menghadirkan inovasi yang memberi manfaat nyata bagi masyarakat Sumatera Utara dan Indonesia. Tantangan tersebut hanya bisa dijawab oleh seorang rektor yang visioner, berintegritas, dan memiliki kapasitas kepemimpinan yang kokoh.
Peran Senat Akademik dan Majelis Wali Amanat dalam proses ini sangat menentukan. Senat Akademik harus menimbang calon bukan dengan kacamata sempit, melainkan dengan visi akademik yang luas. Integritas, rekam jejak keilmuan, dan kepemimpinan harus menjadi ukuran utama. Majelis Wali Amanat, sebagai pengambil keputusan akhir, memikul tanggung jawab sejarah: memastikan universitas ini dipimpin oleh sosok yang mampu menjaga marwah akademik sekaligus membawa USU tampil sejajar dengan perguruan tinggi terbaik di Indonesia.
Perbedaan gagasan antar calon adalah hal yang wajar. Bahkan, itulah yang membuat forum audisi penting: menjadi ruang dialektika gagasan. Namun, semua pihak perlu menahan diri dari tarikan kepentingan yang bersifat sesaat. Universitas yang sehat adalah universitas yang mampu merayakan perbedaan tanpa menimbulkan perpecahan.
Ke depan, USU tidak hanya dituntut meningkatkan reputasi akademiknya di tingkat nasional, tetapi juga menembus panggung internasional. Ranking universitas, kualitas publikasi, hingga kontribusi nyata bagi pembangunan daerah dan bangsa akan menjadi ukuran. Dalam konteks itu, rektor terpilih nanti harus mampu meneguhkan posisi USU sebagai universitas yang melahirkan karya, gagasan, dan solusi bagi masyarakat.
Pemilihan rektor USU kali ini adalah kesempatan menunjukkan bahwa dunia akademik masih setia pada nilai-nilai luhur: integritas, kebersamaan, dan kebijaksanaan. Rektor yang lahir dari proses yang jernih akan menjadi simbol persatuan seluruh sivitas akademika, sekaligus duta intelektual yang membawa nama baik USU di tingkat nasional maupun dunia.
Sejarah akan mencatat bukan hanya siapa yang terpilih, melainkan bagaimana proses ini dijalankan. Bila dijaga dengan martabat, universitas ini akan meninggalkan teladan: bahwa ilmu dan kebijaksanaan selalu lebih tinggi dari kepentingan sesaat.
Editor : Ismail