Wamendikdasmen: Anak Indonesia Baru Gunakan 54 Persen Potensi Otaknya

MEDAN, iNewsMedan.id- Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen), Fajar Riza Ul Haq, menegaskan pentingnya transformasi besar-besaran dalam pembangunan sumber daya manusia (SDM) Indonesia. Salah satu caranya adalah lewat percepatan implementasi program Makan Bergizi Gratis (MBG), seperti yang kini mulai digerakkan di Sumatera Utara.
Hal itu ia sampaikan saat membuka kegiatan Sosialisasi Program Prioritas Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, Makan Bergizi Gratis dan Gerakan Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat di Aula Sisingamangaraja XII, BPMP Provinsi Sumatera Utara, Minggu, 29 Juni 2025.
“Human capital index kita hanya 0,54. Artinya, anak-anak kita cuma bisa mengembangkan 54 persen dari potensi otaknya. Harusnya bisa 80 hingga 100 persen. Ini alarm serius bagi bangsa,” tegas Fajar di hadapan kadis pendidikan se Sumatera Utara, guru, serta perwakilan satuan pendidikan.
Ia menyebut dua masalah utama yang menghambat peningkatan kualitas SDM Indonesia yakni rendahnya gizi dan minimnya interaksi sosial anak.
Menurutnya, 65 persen anak Indonesia pergi ke sekolah dalam keadaan lapar, sementara 34,9 persen remaja mengalami gangguan kesehatan mental, termasuk depresi dan kecanduan gawai.
“Kalau anak belajar dengan perut kosong, konsentrasinya hilang. Kalau anak kecanduan handphone sejak usia dini, itu bisa memperlambat kemampuan kognitif otaknya. Dalam istilah ekstrem, disebut brain rot—otak yang mandek bertumbuh,” ungkapnya.
Dalam konteks ini, Fajar mengapresiasi langkah cepat BPMP Sumatera Utara yang telah memulai implementasi MBG sejak usai rapat koordinasi nasional di Jakarta awal Juni lalu.
Program MBG, lanjut Fajar, bukan sekadar bagi-bagi makanan. Ini adalah intervensi besar yang bisa mempengaruhi motivasi belajar, kualitas pembelajaran, hingga daya saing anak Indonesia di masa depan.
Ia juga menekankan pentingnya 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat—program pembiasaan positif seperti sarapan pagi, tidur cukup, gemar belajar dan bermain—untuk memperbaiki interaksi sosial anak-anak yang kini kian berkurang akibat pola hidup digital.
“Sekarang ini banyak anak hidup di dunia mereka sendiri, menyendiri, kecanduan layar. Kalau tidak kita ubah, jangan harap Indonesia bisa bersaing dengan negara lain. Kita kejar mereka, tapi mereka juga terus lari,” katanya.
Sementara dalam laporannya, Kepala BPMP Sumut, Tajuddin Idris, menyampaikan bahwa hingga akhir Juni, sebanyak 239 sekolah di Sumut sudah mengakses MBG—meski baru mencakup 1,65 persen dari total satuan pendidikan. Sebanyak 48.220 siswa menjadi sasaran awal program ini.
“Begitu pulang dari Jakarta, kami langsung gerak. Ini tidak bisa ditunda-tunda karena urusannya dengan masa depan anak-anak,” ujar Tajuddin.
Ia juga mengungkap bahwa BPMP telah menyiapkan lahan 1.060 meter persegi untuk mendukung pengembangan SPPG dan layanan pengolahan gizi di Sumut.
“Target kami, Sumut bisa sejajar dengan provinsi besar di Jawa dalam mendukung pendidikan bermutu. Kalau Jawa ada lima pusat Nusantara, maka Sumut ini harus jadi yang keenam,” tegasnya.
Kegiatan pendampingan MBG ini akan berlangsung selama tiga hari hingga 1 Juli 2025, dengan berbagai agenda strategis dan kolaboratif.
Editor : Ismail