Kisah Petani di Humbang Hasundutan Sukses Tanam Bawang Merah dari Biji

HUMBAHAS, iNewsMedan.id - Adopsi teknologi pertanian modern, seperti penggunaan benih unggul dan teknik budidaya yang tepat, telah membawa perubahan besar dalam sektor pertanian di Humbang Hasundutan (Humbahas).
Petani di daerah ini telah berhasil menguasai teknik penanaman bawang merah dari biji, yang terbukti lebih efisien dan menguntungkan dibandingkan dengan metode konvensional. Keberhasilan ini membuktikan bahwa inovasi teknologi pertanian dapat meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani.
Beberapa tahun terakhir, petani hortikultura di provinsi ini telah berhasil mengembangkan berbagai jenis tanaman sayuran khususnya bawang merah yang ditanam dari biji atau yang juga dikenal dengan True Shallot Seed (TSS).
“Sebelumnya kami tidak pernah tahu kalau bisa menanam bawang merah dari biji. Setelah dicoba ternyata hasilnya luar biasa dan sangat memuaskan. Setiap biji yang ditanam menghasilkan delapan anakan dan dari 2000 populasi tanaman dapat menghasilkan panen hingga mencapai 400 kg,” ujar Lochkung Lumbatoruan, petani dari Desa Lobutua, Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas).
Lochkung menceritakan pengalamannya di masa lalu. Ia mengatakan bahwa petani di daerahnya dulu sangat bergantung pada umbi bibit untuk menanam bawang merah. Namun, biaya yang dibutuhkan sangat mahal. Sebagai contoh, untuk menanam bawang merah di lahan seluas satu hektar, petani harus mengeluarkan uang sebesar Rp 55 juta hanya untuk membeli 1,5 ton umbi bibit.
Biaya produksi bawang merah tidak hanya berhenti pada pembelian umbi bibit. Petani juga harus mengeluarkan biaya untuk mengolah lahan, memberikan pupuk, dan merawat tanaman secara rutin. Belum lagi risiko penyakit yang sering dibawa oleh umbi bibit dapat menyebabkan gagal panen dan kerugian yang lebih besar.
Dengan berbagai keuntungan yang ditawarkan, budidaya bawang merah dari biji menjadi solusi yang sangat dinantikan para petani. Biji yang lebih bersih dan terkontrol membuat tanaman lebih tahan terhadap penyakit, sehingga mengurangi risiko gagal panen. Selain itu, biaya produksi juga jauh lebih efisien. Untuk lahan seluas satu hektar, petani hanya perlu mengeluarkan sekitar Rp 10 juta untuk membeli benih, dibandingkan dengan puluhan juta rupiah jika menggunakan umbi bibit.
Dengan menggunakan biji, petani tidak hanya menghemat biaya bibit, tetapi juga meminimalkan risiko gagal panen. Produksi yang lebih tinggi dan mandiri akan meningkatkan pendapatan petani dalam jangka panjang.
Selain itu, biji bawang merah lebih mudah didapatkan dalam jumlah banyak dan stabil. Petani pun bisa meningkatkan produksi sesuai kebutuhan, terutama saat permintaan tinggi.
Budidaya bawang merah dari biji mendorong penerapan praktik pertanian yang lebih modern dan berkelanjutan. Petani perlu menguasai teknik-teknik pertanian yang lebih canggih untuk mencapai hasil yang optimal.
“Kami pada akhirnya menguasai metode penanaman bawang merah dari biji ini dari petugas Cap Panah Merah. Mereka yang mengenalkan biji bawang merah unggul seperti Lokananta, Talenta dan Merdeka F1 termasuk mendampingi kami selama proses budidaya hingga kami berhasil mendapatkan panen yang memuaskan,” kata Lochkung.
Haposan, petani dari Humbang Hasundutan, juga merasakan manfaat dari penerapan teknologi modern. Berkat bimbingan petugas Cap Panah Merah, hasil panen berbagai komoditas seperti bawang merah, kol, cabai, dan tomat di daerahnya semakin meningkat.
"Dengan adanya pendampingan, kami bisa mengaplikasikan teknik pertanian yang lebih efisien. Hal ini membantu meningkatkan hasil panen, sekaligus mengurangi biaya produksi," ujar Haposan.
Haposan menjelaskan bahwa keluarganya kini memiliki penghasilan yang lebih baik berkat penjualan hasil panen ke pasar lokal. Selain itu, sektor pertanian juga membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitar.
===
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta