Pertanyaan tersebut mengarahkan pembicaraan ke aspek seni dan kreativitas dalam konteks teknologi AI.
Erika Christine Panggabean menjawab dengan menggarisbawahi beberapa tantangan yang dihadapi musisi dan komposer di era AI. Salah satunya adalah bagaimana AI dapat menciptakan musik melalui algoritma canggih, sehingga beberapa proses kreatif yang dulunya hanya bisa dilakukan manusia kini dapat diotomatisasi.
Hal ini menimbulkan tantangan besar bagi musisi dan komposer untuk menjaga keunikan, orisinalitas, dan sentuhan emosional dalam karya mereka.
Namun, Erika juga menekankan bahwa AI seharusnya tidak dilihat sebagai ancaman, melainkan sebagai alat pendukung. Misalnya, AI dapat digunakan untuk menyusun komposisi awal, mengolah suara, atau mempercepat proses produksi musik.
Musisi dan komposer ditantang untuk lebih inovatif, memanfaatkan AI untuk melengkapi, bukan menggantikan, kreativitas mereka.
Acara ini memberikan wawasan yang kaya dan relevan tidak hanya untuk dunia pendidikan tetapi juga untuk bidang lain, termasuk seni dan budaya. Peserta diajak untuk melihat AI sebagai peluang, bukan ancaman, dengan fokus pada penggunaan teknologi secara bijak untuk meningkatkan kualitas hidup.
Pelatihan ini diharapkan dapat membuka jalan bagi mahasiswa dan dosen untuk terus beradaptasi dengan perkembangan teknologi, sekaligus menjaga nilai-nilai humanis dalam setiap inovasi yang dilakukan.
Dengan kolaborasi antara teknologi dan kreativitas manusia tersebut, kualitas belajar dan berkarya dapat terus meningkat seiring perkembangan zaman.
Editor : Chris