get app
inews
Aa Text
Read Next : Putin Sebut Negara Barat Tak Boleh Dibiarkan Memonopoli Pengembangan Kecerdasan Buatan

Mengenal Pavel Durov, Pemilik Telegram yang Ditangkap di Bandara Bourget Prancis

Senin, 26 Agustus 2024 | 14:00 WIB
header img
Mengenal Pavel Durov, Pemilik Telegram yang Ditangkap di Bandara Bourget Prancis. (Foto: X)

JAKARTA, iNewsMedan.id - CEO Telegram, Pavel Durov, ditangkap di Bandara Bourget, Prancis, Sabtu (24/8/2024). Durov dilaporkan masih dalam penahanan aparat setempat hingga saat ini.

Durov ditangkap berdasarkan permintaan dari departemen Prancis yang bertanggung jawab untuk memerangi kejahatan sejenis. 

Menurut media Prancis, pengadilan percaya bahwa ada sejumlah alasan, termasuk penolakan Telegram untuk bekerja sama dengan otoritas negara, yang membuat Durov terlibat dalam sejumlah kejahatan. 

Lantas, siapa sosok Pavel Durov? 

Pria kelahiran Rusia ini merupakan pendiri dan pemilik aplikasi perpesanan Telegram. Platform ini bersaing dengan sejumlah aplikasi media sosial lainnya seperti WhatsApp, Instagram, TikTok, dan Wechat. 

Mengutip Reuters, pria berusia 39 tahun yang kekayaannya diperkirakan oleh Forbes mencapai 15,5 miliar dolar AS atau setara Rp238,91 triliun ini meninggalkan Rusia pada tahun 2014 setelah menolak untuk mematuhi tuntutan pemerintah untuk menutup komunitas oposisi di platform media sosial VKontakte yang sebelumnya dimiliki Durov dan kini sudah dijual.

Pada tahun 2017, Durov dan Telegram pindah ke Dubai, dan menurut media Prancis dia juga telah menerima kewarganegaraan Uni Emirat Arab (UEA). Selain itu, dia telah menjadi warga negara Prancis pada bulan Agustus 2021. 

Tak hanya Prancis, Durov juga tercatat sebagai warga negara St. Kitts dan Nevis, negara kepulauan ganda di Karibia, menurut laporan media.

Telegram cukup berpengaruh di Rusia, Ukraina, dan negara-negara bekas Uni Soviet. Telegram telah menjadi sumber informasi penting tentang perang Rusia di Ukraina, yang banyak digunakan oleh pejabat Moskow dan Kyiv. Sejumlah analis menyebut aplikasi tersebut sebagai 'medan perang virtual' pada perang tersebut.

Adapun, Rusia telah memblokir Telegram pada tahun 2018 setelah aplikasi tersebut menolak untuk mematuhi perintah pengadilan untuk memberikan akses kepada layanan keamanan negara ke pesan terenkripsi milik penggunanya. 

Tindakan tersebut tidak banyak berpengaruh pada ketersediaan Telegram di sana, tetapi memicu protes massal di Moskow dan kritik dari LSM.

Namun, popularitas Telegram yang semakin meningkat telah mendorong pengawasan dari beberapa negara di Eropa, termasuk Prancis, terkait masalah keamanan dan pelanggaran data. 

Pada bulan Mei, regulator teknologi Uni Eropa mengatakan bahwa mereka telah menghubungi Telegram karena perusahaan tersebut hampir mencapai kriteria penggunaan utama yang dapat membuatnya tunduk pada persyaratan yang lebih ketat berdasarkan undang-undang konten daring Uni Eropa yang penting.

"Saya lebih suka bebas daripada menerima perintah dari siapa pun," ucap Durov kepada jurnalis AS Tucker Carlson pada bulan April. 

Selain itu, Durov, yang memiliki lima anak dari dua mantan pacarnya, baru-baru ini mengaku telah menyumbangkan sperma yang membuatnya menjadi ayah dari 100 anak.

Editor : Odi Siregar

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut